Pandemi Covid-19 adalah Waktu yang Tepat untuk Mencintai Mata

Teringat saat Pandemi Covid-19 belum datang, warung internet yang menjamur sering didatangi Ibu-Ibu untuk mencari anaknya yang keasyikan bermain “game online”
Kini, semua itu jadi dilema, saat semua dilakukan serba online/daring (dalam jaringan). Kegiatan belajar mengajar pun kini dilakukan dengan daring, akibatnya anak-anak menatap layar gadget/gawai menjadi lebih lama dari sebelumnya.
Orang tua semakin khawatir dengan kesehatan mata anaknya. Faktanya menurut data dari badan kesehatan dunia WHO, memang mengungkapkan data gangguan penglihatan sejak tahun 1999 hingga 2099 terdapat 285 juta orang penduduk dunia yang memiliki masalah penglihatan. Tercatat 39 juta mengalami kebutaan dan 246 juta mengalami masalah penglihatan. Apalagi masa pandemi Covid-19?
Permasalahan ini juga diungkapkan American Academy of Opthamologi yang dilansir dari www.aao.org bahwa pada beberapa penelitian, anak-anak yang menghabiskan waktu berjam-jam untuk belajar melalui daring dan menggunakan gawai untuk sekolah dan bermain lebih rentan mengidap myopia atau penyakit rabun jauh.
Dari kenyataan tersebut, International Agency for Prevention of Blindness (IAPB) bersama WHO merumuskan sebuah strategi guna menanggulangi masalah gangguan penglihatan dan kebutaan tersebut dalam sebuah program bernama Vision 2020 yang bernama “Right to Sight”(Hak untuk Melihat)
Agar penderita gangguan pengelihatan terus dapat menjadi perhatian, World Sight Day atau Hari Penglihatan Sedunia selalu diadakan setiap Hari Kamis pekan kedua setiap Bulan Oktober. Tahun 2021, bertepatan pada tanggal 14 Oktober 2021 kali ini dengan tema “Love Your Eyes”
Di dunia, setidaknya ada 1 milyar orang memiliki masalah gangguan penglihatan, “Gangguan penglihatan mempengaruhi orang dari segala usia, dengan mayoritas berusia di atas usia 50 tahun” dikutip dari www.who.org
Gangguan penglihatan dan kebutaan memang memiliki efek yang besar dan berkepanjangan, serta sangat berpengaruh pada semua aspek kehidupan, termasuk kegiatan pribadi. Sehingga sangat perlu dilakukan banyak tindakan preventif yang dapat mengurangi segala risiko.
Penyebab Utama Gangguan Penglihatan
Ada dua penyebab utama gangguan penglihatan menurut WHO, yakni Katarak (suatu penyakit ketika lensa mata menjadi keruh dan berawan) dan Kelainan Refraksi (gangguan penglihatan di mana kemampuan mata untuk membiaskan cahaya terganggu) namun penyebab lain seperti karena usia, degenerasi makula glaukoma, retinopati diabetes, penyakit menular dari mata, dan trauma, juga menjadi permasalah yang tetap harus terus segera diatasi.
Komitmen itu telah disepakati Anggota Majelis Kesehaatan Dunia (World Health Assembly) ke-74 yang berlangsung berlangsung pada 24 – 31 Mei 2021. Negara-negara Anggota tersebut menyepakati dua target global baru untuk perawatan mata hingga mencapai target pada tahun 2030, berupa peningkatan 40 % dalam cakupan kelainan refraksi dan peningkatan 30% pada cakupan operasi katarak.
Sasaran ini akan berperan penting, tidak hanya meningkatkan perawatan mata, tapi juga dalam penyediaan layanan yang lebih berkualitas bagi penderita gangguan mata.
Computer Vision Syndrome
Pernah merasa mata perih, buram, berair, dan kemerahan saat seharian melihat gadget? Hati-hati bisa jadi itu Computer Vision Syndrome, seperti tema Hari Penglihatan Sedunia : Cintai Mata Kita, yuk cari tau apa itu Computer Vision Syndrome.
Computer Vision Syndrome (CVS) adalah kumpulan gejala pada mata dan leher yang disebebkn oleh penggunaan komputer/layar monitor yang berlebihan.
Gejalanya :
- Mata Kering
- Mata Merah, Pedas dan Berair
- Sakit Kepala
- Penglihatan Buram
- Sakit Pada Leher dan Bahu
Berikut tips untuk mencintai mata kita dan mengurangi CVS:
Berkedip. Berkedip adalah cara menjaga agar mata kita tidak kering, namun jika sudah berkedip dengan baik namun amsih merasakan mata kering, gunakan obat tetes mata untuk menyegarkan.
Atur posisi duduk. Duduk juga gak boleh sembarang duduk, duduk yang baik adalah tegak dengan punggung lurus dan bahu ke belakang.
Layar Komputer. Letakkan layar komputer dengan jarak ideal. Sesuaikan pula kontras cahaya.
Rumus 20.20.20. Terapkan rumus 20.20.20 yaitu setiap 20 menit menatap layar, istirahatkan mata selama 20 detik dengan menatap benda lain sejaih sekitar 20 kaki (6 meter)
Tapi jika tidak kunjung membaik meski sudah melalukan langkah diatas, seperti ada kilatan cahaya tiba-tiba, mata mendadak nyeri, atau mata kering menetap dan tidak membaik dengan obat tetes mata, maka sudah waktunya untuk konsultasi ke dokter mata.
Tips Membatasi Waktu “Screen Time”
Myopia atau rabun jauh merupakan kondisi medis dengan kondisi mata yang mengalami rabun jauh atau ketika benda-benda atau orang-orang di kejauhan terlihat agak buram, tetapi begitu mereka mendekat, mereka tampak lebih jernih.
Beberapa negara seperti Amerika dan China sudah melaporkan bahwa kondisi rabun jauh kebanyakan diderita anak-anak pada masa pandemi Covid -19.
Bagaimana tips membatasi waktu daring atau istilah populernya “Screen Time” khususnya bagi anak-anak? Ini dia tips nya :
- Beri Pengertian. Ajak anak memahami fungsi mata, dan sampaikan jika terjadi kerusakan pada mata akibat terlalu lama menatap layar gawai. Beri informasi tersebut secara terus menerus, bagi anak balita misalnya menjelang tidur sambil memberi afirmasi positif dengan cara yang menyenangkan.
- Bedakan Waktu. Bedakan waktu bermain dan waktu belajar dengan gawai. Supaya anak juga paham akan hak dan kewajibannya.
- Cetak tugas. Print atau cetak tugas untuk mengurangi waktu menatap layar gawai atau perangkat lainnya. Kerjakan melalui gawai jika semua jawaban/tugas sudah siap, dapat dikirim kembali ke guru lewat online.
- Apresiasi. Beri penghargaan/pujian jika anak mematuhi peraturan.
- Semua Sadar. Diperlukan kesadaran semua anggota keluarga. Jangan peraturan ini hanya berlaku bagi anak-anak tanpa peran orang dewasa yang memberi teladan.
Jadi Pandemi Covid-19 juga dapat memberi waktu kepada kita, untuk lebih mencintai mata. Beri perhatian padanya juga.
dasuciana