Perkembangan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PISPK) sampai Bulan Juli 2020

Merebaknya pandemi covid19 yang mulai masuk ke Indonesia pada awal Maret 2020, membuat semua fokus pemberitaan mengarah ke virus corona yang memang berdampak luar biasa itu. Ditengah hiruk-pikuknya covid19, ada baiknya kita menengok sejenak perkembangan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Kelarga (PISPK), yang meski ikut terhambat covid19, tetapi tetap merangkak maju ke depan.
Secara nasional, cakupan kunjungan keluarga seudah mencapai 72,7% yaitu sebanyak 47.448.124 dari sekitar 65 juta keluarga telah dikunjungi dan tercatat datanya. Nilai IKS (Indeks Keluarga Sehat) dan 12 indikator keluarga sehat dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Sumber: Aplikasi keluarga sehat Juli 2020
Gambar 1. IKS dan capaian 12 indikator keluarga sehat.
Secara nasional nilai IKS adalah 0,172 yang berarti ada 17,2% keluarga yang tergolong sehat berdasarkan 12 indiaktor keluarga sehat. Sementara untuk tingkat pencapaian 12 indikator keluarga sehat, ada 5 indikator yang terbelakang termasuk 3 indikator terkait penyakit (hipertensi, gangguan jiwa dan tuberkulosis paru). Dengan cakupan kunjungan keluarga yang sudah >70% berarti bahwa nilai IKS sudah stabil, jadi bila beberapa bulan ke depan tidak terjadi kenaikan IKS, berarrti intervensinya tidak tepat. Bila dilihat dari peringkat antar provinsi berdasarkan nilai IKS, kedudukannya adalah sebagai berikut.

Sumber: Aplikasi keluarga sehat Juli 2020
Gambar 2. Peringkat provinsi berdasarkan IKS
Peringkat tertinggi untuk IKS adalah Provinsi DKI Jakarta, Bali, DI Yogyakarta, Aceh dan Kalimantan Timur. Meskipun demikian yang tertinggi masih belum mencapai 0,5 artinya belum sampai 50% keluarga yang tergolong sehat. Bagaimana capaian dari 12 indikator keluarga sehat di tiap provinsi? Untuk membahas ini kami kelompokkan provinsi menurut 5 wilayah: Jawa-Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Indonesia bagian timur: Nusa Tenggara, Maluku, Papua, seperti tergambar berikut ini.
Wilayah Jawa Bali
Cakupan kunjungan keluarga, nilai IKS dan capaian 12 indikator pada provinsi di wilayah Jawa Bali dan dilihat pada tabel terikut.

Sumber: Aplikasi keluarga sehat, Juli 2020
Untuk DKI Jakarta, cakupan kunjungan keluarga sebenarnya lebih dari yang tertera pada tabel, karena DKI Jakarta menggunakan aplikasi yang berbeda, sehingga perlu perlakuan khusus untuk bisa link ke aplikasi keluarga sehat. Seperti diketahui DKI Jakarta menerapkan KPLDH (Ketuk Pintu Layani Dengan Hati) dengan 22 indikator, jadi lebih lengkap dari PISPK. Nilai IKS tertinggi ada pada Provinsi DKI Jakarta, Bali dan Di Yogyakarta, tampaknya indikator keluarga menjadi anggota JKN pegang kunci tingginya IKS ini. Tiga provinsi ini memang menganggarkan APBD untuk membayar premi rakyatnya yang belum masuk JKN. Indikator yang menonjol untuk DKI Jakarta adalah keluarga dengan penderita TB paru yang berobat teratur, 2 kali lebih baik dibanding provinsi lainnya. Untuk keluarga dengan ODGJ tampaknya link belum baik, sehingga angkanya 0 (nol). Namun kondisi Jakarta, ODGJ yang terlantar atau dipasung memang sedikit dibanding provinsi lain. Untuk indikator terkait penyakit (hipertensi, TB dan ODGJ) cenderung masih kecil karena setelah proaktif mengunjungi keluarga, bila ketemu kasus biasanya belum berobat, sehingga capaiannya kecil. Namun bila cakupan kunjungan keluarga sudah >70%, pada waktu mendatang seharusnya meningkat. Bila tidak meningkat, ada yang salah dari sisi program.
Wilayah Sumatera
Untuk wilayah Sumatera, cakupan kunjungan keluarga semuanya sudah tinggi >70%, hanya sumut yang sedikit tertinggal yaitu sebesar 67,8%. Ini berarti nilai IKS dan 12 indikator keluarga sehat sudah stabil, jadi selanjutnya harus meningkat. Bila tidak, ada indikasi implementasi program yang terganggu, misalnya seperti covid19 ini bisa menurunkan kinerja program yang pada gilirannya akan menurunkan nilai IKS.

Tabel 2. IKS dan 12 indikator keluarga sehat di wilayah Sumatera
Sumber: Aplikasi keluarga sehat, Juli 2020
Bila dilihat dari nilai IKS, Aceh melesat dibanding 9 provinsi lain di kawasan ini. Indikator yang menonjol di Aceh adalah anggota JKN yang mencapai >90%, karena semua penduduk Aceh yang belum masuk JKN, preminya dibayar Pemda. Indikator lain yang lebih baik dari provinsi lain di kawasan ini adalah ODGJ yang diobati dan tidak ditelantarkan, karena sejak tsunami tahun 2004 yang lalu, Aceh sudah mengembangkan kesehatan jiwa untuk mengobati gangguan kesehatan jiwa pasca tsunami.
Wilayah Kalimantan
Untuk wilayah Kalimantan, cakupan juga sudah tinggi, hanya Provinsi Kalimantan Timur yang tertinggal, belum sampai 60%. Namun demikian provinsi ini memiliki nilai IKS tertinggi disusul Provinsi Kalimantan Utara. Provinsi Kalimantan Barat yang memprihatinkan, karena IKS = 0.101 artinya hanya 10,1% keluarga yang tergolong sehat berdasarkan 12 indikator keluarga sehat ini. Dari sisi program, indikator terkait penyakit (TB, hipertensi dan ODGJ) wajar bila tertinggal, namun mengingat cakupan kunjungan keluarga yang sudah tinggi, di masa mendatang harus membaik, kalau menurun berarti ada yang salah dalam implementasi program.

Tabel 3. IKS dan indikator keluarga sehat di wilayah Kalimantan
Sumber aplikasi keluarga sehat, Juli 2020
Wilayah Sulawesi
Untuk wilayah Sulawesi gambaran pencapaian IKS dan 12 indikator keluarga sehat dapat dilihat pada tabel 4. Cakupan kunjungan keluarga juga sudah tinggi hanya Provinsi Sulawesi Utara yang tertinggal, baru mencapai 61,6%. Untuk nilai IKS 2 provinsi (Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan) lebih tinggi dari 4 provinsi lainnya. Tampaknya keluarga dengan akses air bersih dan jamban, yang membuat 2 provinsi ini mengungguli yang lain.

Tabel 4. IKS dan 12 indikator keluarga sehat di wilayah Sulawesi
Sumber: Aplikasi keluarga sehat, Juli 2020
Wilayah Nusa Tenggara, Maluku dan Papua
Bagaimana dengan wilayah Indonesia bagian timur yang meliputi Nusa Tengara (Provinsi Nusa Tenggara Barat dab Nusa Tenggara Timur), Maluku (Provinsi Maluku dan Maluku Utara) serta Papua (Provinsi Papua dan Papua Barat)? Gambarannya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. IKS da 12 indikator keluarga sehat di Indonesia bagian Timur
Sumber: Aplikasi keluarga sehat, Juli 2020
Provinsi Papua dan Papua Barat masih sangat tertinggal cakupan kunjungan keluarganya, baru mencapai 23,7% dan 28,0%. Dengan demikia untuk 2 provinsi ini angkanya belum stabil, bila ada peningkatan belum tentu karena program yang membaik, sebaliknya bila menurun juga belum tentu program yang salah. Oleh karena itu tantangnya utama adalah segera meningkatkan cakupan kunjungan keluarga, sesuatu yang tidak mudah mengingat faktor geografi yang sulit ditambah pandemi covid19 yang sedang melanda kita. Untuk Provinsi NTB, Maluku Utara dan Maluku cakupannya sudah tinggi, sehingga perubahan IKS akan menunjukkan kinerja program. Untuk indikator penyakit, yang paling terpuruk adalah yang terkait hipertensi dan ODGJ.
Itulah gambaran perkembangan PISPK sampai Juli 2020. Pandemi covid19 jelas berpengaruh pada capaian semua program, termasuk PISPK. Seberapa jauh dampaknya dapat kita ketahui beberapa bulan ke depan.
Seharusnya di kala UKBM (Upaya Kesehatan Berumberdaya Masyarakat) terbatas aktivitasnya, PISPK seharusnya sebagai jalur alternatif melaksanakan program. Namun memang tidak mudah, semoga sejawat di Puskesmas mempunyai terobosan, misalnya mengembnagkan media KIE via daring.
Jakarta, 25 Juli 2020
Trihono