Bisa Berdamai Hanya Jika Siap Perang

Penulis : IBG Dharma Putra (Direktur Utama RS Jiwa Banjarmasin, Kalimantan Selatan & Tim Gugus Tugas Covid19 Prov. Kalimantan Selatan)
Saat ini, seruan untuk berdamai dengan covid 19 terasakan sudah dipahami serta diterima oleh semua dimensi kepemerintahan, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat.
Berdamai adalah cara yang baik untuk tetap bisa hidup dengan aman dan produktif. Tetapi yang perlu diingat oleh semuanya adalah bahwa berdamai akan bisa dilakukan jika kita siap untuk berperang.
Pada posisi itu, maka sejarah peperangan manusia melawan covid 19 dan kehendak untuk menyusun strategi dalam memenangkan perang perlu tetap dipersiapkan untuk menjaga perdamaian sehingga berdamai menjadi aman untuk dilaksanakan.
Harus diakui bahwa perang besar melawan covid 19 didahului oleh pelanggaran moral maupun sosial yang dilakukan oleh manusia. Karena kerakusannya manusia telah melanggar komunitas covid sehingga mereka terpaksa berpindah ( mutasi ) dan menyesuaikan diri ( adaptasi ) ditempatnya yang baru.
Konyolnya, mutasi dan adaptasi yang dilakukan oleh covid 19 ternyata merugikan serta berbalik menyakiti bahkan membunuh manusia yang telah melakukan pelanggaran sehingga perang besar dimulai.
“Perang” Seluruh Dunia
Perlawanan umat manusia sedunia terhadap covid 19, bisa saja diibaratkan sebagai sebuah perang. Pertempuran demi pertempuran telah dilewati diberbagai palagan di belahan dunia.
Ada palagan yang bisa dimenangkan tapi ada juga yang menderita kekalahan. Terkadang manusia memenangkan pertempuran, tetapi tidak jarang menderita kekalahan, tetapi hasil akhir peperangannya sendiri masih berupa tanda tanya besar.
Dan kondisi di Indonesia pun sama saja, seperti itu juga adanya, tidak terlalu berbeda dengan kondisi di belahan bumi yang lain. Pertempuran telah berlangsung cukup lama, sangat sengit dengan biaya yang tidak murah dan korban yang tidak sedikit, tetapi sampai detik ini, tanda akan berakhirnya perang, belum tampak jelas.
Masyarakat di hampir semua daerah di wilayah nusantara tercinta ini, bertanya tentang waktunya tercapai puncak penularan covid 19, disertai dengan pertanyaan ikutan yang lain, seolah bertanya tanya, kapankah palagan terbesar akan terjadi didaerahnya, senjata apa yang paling cocok bagi mereka jika ikut bertempur dan bisakah perang ini, dimenangkan ???
Tak ada jawaban pasti untuk rentetan pertanyaan tersebut, sementara rerumputan yang biasanya bisa menjadi nara sumber, cuma diam bergoyang dan tak mungkin ditanyai lagi.
Pertanyaan maha penting dan mencerahkan tersebut, dijawab dengan jawaban yang terasa tidak setara oleh juru bicara pemerintah, yang muncul dan berbicara setiap hari. Seolah cuma bertugas untuk berbicara dan tidak ditugaskan untuk mendengarkan.
Para juru bicara, baik di pusat maupun di daerah, sering sering tampil terjadwal seperti jadwal minum obat, setiap pagi dan sore secara teratur, diselingi dengan pemanis perempuan cantik sebelum atau sesudahnya.
Mereka berbicara tekstual tentang besaran masalah dan tren covid 19 yang tercatat sampai saat mereka bicara. Pada sela- sela informasi tersebut terkadang terselip perkataan yang menyiratkan bahwa mereka tahu data yang mereka baca adalah data yang tidak bermutu karena berbagai sebab yang masuk akal.
Perempuan cantik yang ikut bicara melemparkan khayal tentang kemenangan yang akan menjelang dan tanpa disadari, akan terasakan bahwa covid 19 akan terkalahkan oleh wajah ayu.
Perempuan cantik itu, mengubah pandangan zaman dan sekaligus menunjukkan kemajuan zaman, bahwa sejak mereka dipilih untuk tampil mendampingi juru bicara, maka sekaligus juga telah diproklamasikan, bahwa kecerdasan sudah bisa dilihat secara fisik. Bahwa cantik adalah penampakan dari kecerdasan.
Pengaruh Kemanusiaan
Dibalik informasi yang tersampaikan tersebut, kita bisa bangga akan penghargaan pemerintah terhadap data pribadi. Terbukti dengan senyata- nyatanya bahwa perlindungan terhadap data mikro, yang merupakan rahasia pribadi yang memang tidak boleh diketahui oleh umum, telah dilakukan dengan benar dan sangat baik.
Yang terinformasikan hanyalah data makro besaran masalah covid 19, khususnya tentang besaran angka kesakitan dan besaran angka kematian serta perbandingan antar daerah. Perbandingan kasar yang belum disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah yang berpengaruh terhadap sakit dan kematian.
Seandainya data tersebut dilengkapi dengan data gambaran epidemiologi secara lebih lengkap, walaupun tidak setiap hari, mungkin akan lebih berguna untuk penggalangan peran serta masyarakat dan menginisiasi gerakan gotong royong untuk bertempur bersama dalam perang besar melawan covid 19.
Besaran masalah penyakit covid 19 dan besaran masalah kematian karena covid 19, yang terdistribusikan pada orang perorang, sangat layak diinformasikan untuk diketahui oleh seluruh anggota masyarakat.
Masyarakat mempunyai hak untuk tahu secara pasti, berbagai pengaruh kemanusian terhadap keberadaan covid 19. Masyarakat wajib tahu kondisi covid 19 pada perbedaan jenis kelamin, umur, status pendidikan, status sosial ekonomi, jenis pekerjaan, keberadaan penyakit lain yang diderita sebelumnya.
Masyarakat juga mempunyai hak mengetahui tingkat kematian serta penyebab kematian dari penyakit yang disebabkan oleh covid 19. Masyarakat berhak tahu bahwa penyakit covid 19, mempunyai dampak kematian yang berbeda jika ada perbedaan jenis kelamin, umur, pekerjaan, status sosial ekonomi, status pendidikan, penyakit sebelumnya dan yang lain.
Ada dua sisi baik yang didapat jika akses informasi yang seluas luasnya diberikan kepada masyarakat, disatu sisi dapat berarti bahwa pemerintah sudah melaksanakan kewajibannya dengan baik, sementara disisi lain, masyarakat akan mendapat informasi bermutu untuk dapat berperan dengan bermutu pula.
Peran masyarakat scara tepat dan sesuai kondisi, sebenarnya merupakan bentuk akhir dari kemampuan masyarakat untuk mengenali masalah mereka dari bacaan informasi tersebut dan akhirnya bisa bermusyawarah untuk ikut menyelesaikannya secara mandiri.
Bak perang, pemberian akses informasi yang luas akan memicu “ hankamrata “ dan berujung pada kemenangan dalam perang besar melawan covid 19. Hankamrata dalam perang konvensional setara dengan kepatuhan dan kemandirian dalam perang melawan covid 19.
Berperang dengan “Senjata” Masker
Potensi kemenangan dan kesiapan perang akan menjadi dasar kuat untuk melanggengkan perdamaian. Yang berarti berdamai dengan covid 19 mempunyai konsekuensi membuka akses informasi yang seluas luasnya kepada mayarakat, menginisiasi gotong royong dan bersiap peran secara serentak dengan mendahulukan perdamaian dalam pergaulan dengan covid 19.
Kaidah pergaulan yang terpenting adalah memakai masker. Jika semua masyarakat menggunakan masker secara benar maka kita aman berdamai dengan covid 19 . Untuk itu sebuah kedaulatan masker perlu dipastikan ada, dengan memastikan, antara lain
1. PRODUKSI
Memastikan terproduksinya cukup masker untuk seluruh masyarakat. Semua usaha produksi, terutama yang berskala kecil dapat dimintai bantuan untuk memproduksi masker.
2. DISTRIBUSI
Semua masker harus bisa dijaminkan sampai ke ujung ujung desa yang paling terpencil sehingga bisa didapat jika masyarakat menghendakinya.
3. KONSUMSI
Masker yang sudah terdistribusi, terjangkau harganya dan dilengkapi dengan pola subsidi bagi masyarakat yang kurang mampu sehingga dipastikan bisa dipakai oleh seluruh anggota masyarakat.
4. MUTU
Semua masker dipakai dengan benar, sehingga diperlukan sistem pemberian edukasi tentang pemakaian masker yang benar, secara sistimatik, gradual dan terkontrol yang bersifat teratur serta masif.
Ayo Bersiap Sedia!
Penanggung jawab produksi bisa dimohonkan kepada dinas perindustrian di masing masing wilayah dengan pembangunan jaringan yang bisa saling isi dan saling membantu. Dengan demikian kecukupan masker akan dapat diharapkan kepastiannya.
Pendistribusian bisa dimohonkan bantuan dari kerja sama antara dinas PUPR, pertanian, petrnakan, perikanan karena dinas dinas inilah yang mempunya pekerjaan dan jajaran sampai di pelosok pelosok.
Pemastian konsumsi ( dipakai ) kita mohonkan bantuan dari kerja sama dinas sosial dengan dinas pemberdayaan masyarakat dan pembangunan desa.
Sedangkan pemakaian secara benar ( mutu ) dimohonkan bantuan dari kerja sama antara dinas kesehatan dengan dinas pendidikan. Sehingga semua anggota masyarakat dipastikan memakai maskernya dengan benar.
Kontrol terhadap kepatuhan tersebut, dimohonkan bantuan kepada dinas perdagangan, dinas perhubungan dan satpol PP. Dengan upaya pembinaan, persuasif serta humanis.
Dengan semua kesiapan tersebut, maka jika terjadi perang maka perang akan bisa dimenangkan sehingga berdamai secara aman dan produktif dapat dikedepankan.
Marilah bersiap perang untuk menjaga perdamaian. Karena berdamai itu indah