Perkembangan PISPK di Indonesia

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga (PISPK) terus melaju di semua wilayah, saat ini sudah sekitar 60% Puskesmas di Indonesia telah melaksanakan PISPK. Perkembangan jumlah dan cakupan kunjungan keluarga dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Perkembangan jumlah dan cakupan keluarga yang dikunjungi.
Namun demikian kecepatan masing-masing provinsi tidaklah sama, variasinya dapat dilihat pada gambar berikut. Provinsi Sulawesi Barat sudah mencapai 61,2% sementara yang terendah adalah Provinsi Papua, baru mencapai 3,9%. Untuk DKI Jakarta, cakupannya sudah jauh lebih tinggi tetapi karena aplikasi KPLDH (Ketuk Pintu Layani Dengan Hati) yang mereka kembangkan, belum bisa link dengan aplikasi keluarga sehat, sehingga yang tercatat masih sangat sedikit.

Gambar 1. Cakupan kunjungan keluarga menurut provinsi, tertanggal 3 September 2018
Secara nasional, bila dilihat perkembangan cakupan antar kabupatan/kota dapat dikelompokkan seperti pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Proporsi kabupaten berdasarkan cakupan kunjungan keluarga, 3 September 2018
Sudah ada 18 Kabupaten/Kota yang cakupan kunjungan keluarga telah mencapai >75%, bahkan ada 4 yang sudah mencapai atau mendekati 100% yaitu: Kota Dumai (Riau), Kab. Banggai (Sulteng), Kab. Aceh Jaya (Aceh) dan Kota Tidore Kelupauan (Malut). Ada 55 Kab/Kota yang mencapai >50% – 75% dan 90 Kab/Kota yang mencapai antara >30% – 50%. Secara empiris bila cakupan kunjungan keluarga sebesar 30% maka angka capaian IKS (indeks keluarga sehat) maupun 12 indikator keluarga sehat sudah relatif stabil, artinya kenaikan cakupan selanjutnya tidak lagi banyak merubah angka capaian tersebut. Ini berarti setelah cakpuan kunjungan keluarga mencapai 30%, angka IKS dan 12 indikator KS bisa ditetapkan sebagai data dasar, dan dipakai sebagai dasar penentuan target ddkenikan IKS dan kenaikan indikator keluarga sehat pada tahun2 berikutnya. Dalam hal ini secara nasional sudah ada 163 (31,7%) Kab/Kota yang telah mencapai >30%. Jadi 163 Kab/Kota tersebut sudah bisa memakai IKS dan capaian 12 indikator keluarga sehat sebagai data dasarnya. Dengan demikian sudah bisa menentukan bagaimana rencana peningkatan IKS dan capian 12 indikator keluarga sehat tersebut pada RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah). Oleh karena itu, bagi Kab/Kota yang belum mencapai 30%, diharapkan segera melakukan akselerasi, agar target 30% tersebut tercapai, sehingga bisa menentukan nagk2 selanjutnya dalam dokumen RPJMD. Jumlah kab/kota yang telah mencapai cakupan kunjungan keluarga >30% menurut provinsi dapat dilaihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Perkembangan jumlah kab/kota yang cakupan kunjungan keluarga telah lebih dari 30% menurut provinsi, September 2018
Bila dilihat tabel di atas, ada beberapa hal yang layak untuk dibahas, antara lain:
DI Yogyakarta belum ada satupun kab/kota yang cakupannya mencapai 30%, kondisi ini terasa aneh, karena biasanya DI Yogyakarta unnggul dalam upaya kesehatan masyarakat. Hal serupa terjadi pada Provinsi Bali, karena biasanya mereka tidak tertinggal.
Dari nilai IKS (indeks keluarga sehat), variasi cukup besar, dari yang terrendah 0,080 (Provinsi Maluku) sampai yang tertinggi 0,339 (DKI Jakarta) dan secara nasional adalah 0,162, jadi hanya 16,2% keluarga yang tergolong sehat. Rincian nilai IKS menurut provinsi dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2. Pencapaian IKS (Indeks Keluarga Sehat) menurut provinsi, tertanggal 3 September 2018
Untuk 10 provinsi dengan cakupan kunjungan keluarga >30%, yaitu: Gorontalo, Sumut, Malut, Sulsel, Sumbar, Bengkulu, Sulteng, Kep. Babel, Riau dan Sulbar, sudah bisa menggunakan capaian sekarang (baik IKS maupun 12 indikator KS) sebagai data dasar, ssehingga sudah bisa dipakai sebagai dasar penenjuan target2 RPJMD bidang kesehatan.

Gambar 3. Capaian 12 indikaktor keluarga sehat nasional, September 2018
Gambar di atas menunjukkan bahwa capaian 12 indikator belum banyak berubah, karena cakupan kunjungan keluarga yang masih rendah. Pada daerah (Desa atau Puskesmas) yang cakupannya sudah mendekati 100%, maka perubahan akan lebih mudah terlihat. Bila cakupan masih kecil, hasil dari intervensi yang sudah dilakukan akan tertutup dengan tambahan keluarga yang dikunjungi. Kajian lebih dalam pada setipa indikator akan kami sajikan pada artikel selanjutnya.
Demikianlah gambaran kemajuan implementasi PISPK seara nasional, sedangkan gambaran kemajuan masing-masing provinsi akan disajikan beberapa comntoh, yang mudah2an bisa menggugah motivasi provinsi lainnya untuk segera menuntaskan kunjungan keluarga.