Berhasilkah puasaku?

Ramadhan telah usai, setelah sebulan menjalankan ibadah puasa, berhasilkah kita? Rangkuman sederhana ini bisa menjadi wahana untuk introspeksi, apakah puasa kita berhasil atau tidak. Tentu saja yang tahu adalah Allah SWT dan anda sendiri.
Taqwa adalah tujuan puasa
Tujuan perintah berpuasa di bulan Ramadhan adalah taqwa. Ini bisa disimak dari Surat Al Baqarah ayat 183 yang artinya adalah sebagai berikut:
QS 2: 183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
Taqwa adalah pesan paling utama di dalam Al Qur’an, ini dapat dilihat antara lain dari Surat An Nisaa ayat 131.
QS 4: 131. Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir, maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang di bumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.
Di mata Allah SWT, yang paling mulia adalah orang yang bertaqwa, lihat Surat Al Hujurat ayat 13 sebagai berikut.
QS 49: 13. Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Ciri orang bertaqwa
Lalu bagaimanakah ciri-ciri orang bertaqwa? Ini bisa dijelaskan dari banyak ayat di dalam Al Qur’an, antara lain adalah:
• QS Al Baqarah: 2, 3, 4, 5
• QS Al Baqarah: 177
• QS Ali Imraan : 133, 134, 135
Dalam surat Al Baqarah ayat 2 – 5, terjemahannya adalah sebagai berikut:
QS 2: 2. Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
QS 2: 3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka,
QS 2: 4. dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
QS 2: 5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.
Selanjutnya dalam surat yang sama (Al Baqarah) ayat 177 terjemahannya adalah sebagai berikut:
QS 2: 177. Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Ayat berikutnya yang juga mengutarakan ciri-ciri orang bertaqwa adalah Surat Ali Imraan ayat 133, 134, 135 yang terjemahannya adalah sebagai berikut.
QS 3: 133. Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,
QS 3: 134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
QS 3: 135. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.
Bersih dari penyakit hati
Kita bisa melaksanakan apa yang tersurat dalam ciri-ciri orang bertaqwa bila hati kita bersih. Hati adalah tolok ukur baik-buruknya seseorang di sisi Allah SWT, artinya hati itu menentukan hina/mulia seseorang di hadapan Allah SWT. Mari kita simak Surat 26 (As Syu’araa’) ayat 87 – 90 sebagai berikut.
QS 26: 87. dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan,
QS 26: 88. (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna,
QS 26: 89. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih
QS 26: 90. dan (di hari itu) didekatkanlah surga kepada orang-orang yang bertakwa,
Puasa di bulan Ramadhan adalah seperti pusat pelatihan selama sebulan untuk membuat hati bersih kembali. Ini bisa dilakukan bila selama bulan puasa kita dapat menghilangkan 3 penyakit hati yang tertua, penyakit yang sudah ada sejak awal penciptaan manusia yaitu: sombong, serakah dan iri.
Sombong
Sifat sombong ditunjukkan dalam Al Qur’an pada Surat 2 (Al Baqarah) ayat 34 sebagai berikut
QS 2: 34. Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.
Iblis merasa dibuat dari bahan yang lebih bagus dari manusia, jadi kenapa harus sujud kepada Adam?. Inilah kesombongan iblis, puncak kesombongan terjadi ketika iblis tidak mau mendengarkan / tidak mau percaya dengan yang Maha Benar (Allah SWT).
Obat mujarab agar tidak sombong adalah dengarkan suara Illahi, caranya adalah dengan memperbanyak mendengar, membaca, memahami serta mengamalkan Al Qur’an. Di bulan Ramadhan, kita banyak mempelajari Al Qur’an dan memang kitab suci ini diturunkan pertama kali pada bulan Ramadhan, seperti tertulis pada Surat 2 (Al Baqarah) ayat 185.
QS 2: 185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Pentingnya mempelajari Al Qur’an dapat disimak antara lain pada Surat 7 (Al A’raaf) ayat 204
QS 7: 204. Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.
Mendengarkan saja sudah mendapat rahmat, apalagi bila membaca, memahami dan mengamalkan Al Qur’an, niscaya akan mendapat petunjuk mana yang benar dan mana yang salah, sehingga mempunyai sikap rendah hati (tidak sombong)
Serakah
Sifat serakah muncul sejak Nabi Adam tidak tahan atas godaan setan, seperti tertulis pada Surat 2 (Al Baqarah) ayat 35, 36 sebagai berikut.
QS 2: 35. Dan Kami berfirman: “Hai Adam diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang lalim.
QS 2: 36. Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu[38] dan dikeluarkan dari keadaan semula[39] dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.”
[38]. Adam dan Hawa dengan tipu daya syaitan memakan buah pohon yang dilarang itu, yang mengakibatkan keduanya keluar dari surga, dan Allah menyuruh mereka turun ke dunia. Yang dimaksud dengan syaitan di sini ialah Iblis yang disebut dalam surat Al Baqarah ayat 34 di atas. [39]. Maksud keadaan semula ialah kenikmatan, kemewahan dan kemuliaan hidup dalam surga.
Nabi Adam boleh melakukan apa saja kecuali mendekati pohon, tetapi atas bujukan setan, Nabi Adam bukan hanya mendekati, tetapi malah memakan buahnya. Itulah sebabnya Nabi Adam diperintah untuk keluar dari surga dan turun ke dunia. Jadi puncak keserakahan adalah tidak peduli halal atau haram, semua dilalap.
Obat mujarab untuk mengatasi penyakit serakah ini adalah puasa, karena waktu berpuasa yang halal tidak boleh dimakan, kita dilatih menahan diri dari yang halal. Jadi bila menahan diri dari yang halal saja bisa, apa lagi yang haram. Inilah cara membuat kita tidak serakah.
Iri hati
Penyakit hati berikutnya adalah iri hati, yang muncul pada generasi pertama (anak) Nabi Adam, seperti yang tertera pada Surat 5 (Al Maaidah) ayat 27 sebagai berikut.
QS 5: 27. Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil dan Kabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Kabil). Ia berkata (Kabil): “Aku pasti membunuhmu!” Berkata Habil: “Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa”.
Kabil yang kurbannya tidak diterima, merasa iri kepada Habil yang kurbannya diterima Allah SWT. Puncak penyakit iri adalah mencelakakan orang yang tidak disenangi, bahkan saudara sekandungpun dibunuh.
Obat untuk mengatasi penyakit iri adalah dengan berlatih menyenangkan orang lain. Dalam berpuasa kita dilatih untuk memberi makan orang yang berpuasa, kalau berhalangan tetap (misalnya sedang hamil) diharuskan membayar fidyah kepada orang lain, bahkan di akhir bulan Ramadhan kita wajib membayar zakat fitrah, yang semuanya mempunyai inti ajaran berbagi dan menyenangkan orang lain.
Bagaimana mempertahankan hasil puasa?
Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam sebulan berpuasa kita dilatih untuk tidak sombong, tidak serakah dan tidak iri. Dengan hilangnya 3 penyakit hati tertua tersebut, hati kita menjadi bersih, sehingga kita bisa menjalankan ibadah dengan baik dan mengamalkannya secara mantap:
- Kepada Allah kita mohon ampun dan limpahan berkah
- Kepada masyarakat kita melakukan hal yang bermanfaat
Jadi puasa kita berhasil bila:
- Kita makin berserah diri kepada Allah dan makin bermanfaat untuk masyarakat
- Kita menjadi tidak punya sombong, tidak serakah dan tidak mudah iri dengan orang lain
Untuk mempertahankan terus sampai Ramadhan tahun depan, tetap jalankan kegiatan bulan Ramadhan pada bulan-bulan berikutnya yaitu:
- Mempelajari Al Qur’an: sisihkan waktu beberapa saat untuk mempelajari Al Qur’an setiap hari baik via mendengarkan, membaca, memahami dan juga mengamalkan apa yang terkandung di dalam Al Qur’an
- Terus melaksanakan sholat malam hari, yaitu mendirikan sholat tahajud setiap malam
- Terus berpuasa sunah pada tiap hari Senin dan Kamis, agar terus belajar mengendalikan diri
- Tunaikan zakat, infaq dan sedekah baik di waktu lapang maupun sempit