Pesan-Pesan dari Surat 67: Al Mulk (Kerajaan)

Pengajian keluarga kami kali ini membahas Surat Al Mulk, menggali pesan-pesan yang bisa kita ambil dari surat ini. Kajian disampaikan oleh Bapak Ilhamuddin Qosim (beliau dosen pada PTIQ Jakarta). Inilah rangkumannya.
Kelebihan surat Al Mulk
Ada surat yang panjangnya 30 ayat, tetapi yang membacanya mendapatkan keberkahan, khususnya saat akan meninggal dunia. Itulah Surat Al Mulk.
Dianjurkan untuk dibaca setiap malam membaca Surat Al Mulk hanya sebentar, kurang dari 15 menit. Oleh karena itu baca atau minimal dengarkan.
Arti dan Makna
Arti:
Al Mulk artinya kerajaan (kingdom). Orangnya → Malik (raja)
Maaliki (panjang) → bila dibaca panjang (maa), artinya adalah pemilik
QS 67: 1. Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,
Raja dari segala raja adalah Allah SWT. Ini diperkuat oleh QS 40: 16
QS 40: 16. (Yaitu) hari (ketika) mereka keluar (dari kubur); tiada suatupun dari keadaan mereka yang tersembunyi bagi Allah. (Lalu Allah berfirman): “Kepunyaan siapakah kerajaan pada hari ini?” Kepunyaan Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengalahkan.
Makna:
Al Mulk bermakna menyadarkan manusia untuk berhati-hati terhadap kekuasaan atau jabatan yang kita miliki, karena ia dapat memalingkan manusia dari raja yang sesunguhnya yaitu Allah SWT. Lihat QS 67: 1
1. Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,
Dimulai dengan mahasuci → disini berarti bahwa kekuasaan Allah berbasis kesucian. Jadi kalau kita mempunyai kekuasaan harus digunakan untuk hal2 yang suci. Contoh: Nabi Sulaiman (seorang raja, nabi dan punya kemampuan lebih), tetapi selalu menjaga kebersihan hatinya. Hal serupa diperlihatkan oleh raja Daud, raja Yusuf.
Hubungan Surat 67 dan surat 66
Bila surat 66 (At Tahrim) menjelaskan terlarangnya kira untuk mengharamkan apa yang Allah halalkan, maka judul surat 67 (Al Mulk) mengingatkan agar para pemegang kekuasaan jangan sampai membuat aturan yang bertentangan dengan hukum Allah SWT
Mereka yang biasa melanggar aturan adalah yang mempunyai kekuasaan. Contoh raja Fir’aun, seperti tertulis pada QS 28: 4
QS 28: 4. Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka[1111]. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
[1111]. Golongan yang ditindas itu ialah Bani Israil, yang anak- anak laki-laki mereka dibunuh dan anak-anak perempuan mereka dibiarkan hidup.
Tetapi selalu Allah memberi pelajaran di setiap era. Lihat QS 3: 54
QS 3: 54. Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.
Fir’aun adalah contoh ekstrim orang yang mempunyai kekuasaan tetapi disalahgunakan, bukan berbasis kesucian. Sekarang banyak fir’aun2 kecil di muka bumi.
Pesan-Pesan Surat 67:
Pesan utamanya adalah: Sikap terhadap kekuasaan
A. Terlepas dari sebesar apa kekuasaan yang kita miliki, sadarlah bahwa itu hanya sementara. Oleh karena itu gunakanlah untuk melakukan yang terbaik.
Apapun yang kita miliki, termasuk kekuasaan, hanyalah sementara, karena suatu saat kita kana mati. Lihat QS 67: 2
QS 67: 2. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,
Ingat kekuasaan, kekayaan adalah ujian. Tetapi diingatkan pula bahwa kemiskinan juga ujian, bukan kehinaan. Lihat QS 89: 15, 16, 17
QS 89: 15. Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku.”
QS 89: 16. Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”[1575].
[1575]. Maksudnya: ialah Allah menyalahkan orang-orang yang mengatakan bahwa kekayaan itu adalah suatu kemuliaan dan kemiskinan adalah suatu kehinaan seperti yang tersebut pada ayat 15 dan 16. Tetapi sebenarnya kekayaan dan kemiskinan adalah ujian Tuhan bagi hamba-hamba-Nya.
QS 89: 17. Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya kamu tidak memuliakan anak yatim[1576],
[1576]. Yang dimaksud dengan tidak memuliakan anak yatim ialah tidak memberikan hak-haknya dan tidak berbuat baik kepadanya.
Jadi yang benar adalah Allah telah mengujiku
Jawaban yang benar terhadap ujian berupa kekuasaan, kekayaan dan kepandaian adalah jawaban N Sulaiman, lihat Surat 27: 40
QS 27: 40. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab[1097]: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.”
[1097]. Al Kitab di sini maksudnya: ialah Kitab yang diturunkan sebelum Nabi Sulaiman ialah Taurat dan Zabur.
Sebaliknya, contoh orang yang tidak lulus ujian adalah Karun, setelah diberi kekayaan yang melimpah, lupa diri sehingga Allah menghukumnya. Lihat Surat 28: 78, 79
QS 28: 78. Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.
QS 28: 79. Maka keluarlah Karun kepada kaumnya dalam kemegahannya[1139]. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Karun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar.”
[1139]. Menurut mufassir: Karun ke luar dalam satu iring-iringan yang lengkap dengan pengawal, hamba sahaya dan inang pengasuh untuk memperlihatkan kemegahannya kepada kaumnya.
Dalam kisah ini Karun menjadi orang yang sombong, menganggap dirinya berilmu padahal ilmu itu kan dari Allah SWT.
Kelanjutan kisah Karun yang kemudian ditenggelamkan ada pada Surat 28: 80, 81, 82. Itulah sebabnya ada istilah “harta karun”
QS 28: 80. Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang- orang yang sabar.”
QS 28: 81. Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya).
QS 28: 82. Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan Karun itu, berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkannya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah).”
B. Jangan nodai kekuasaan itu dengan kata-kata yang tidak baik,
Kekuasaan akan ternoda bila kata2 kita tidak bagus. Kekuasaan seharusnya berbasis kesucian, diimplementasikan dengan dasar kebaikan, termasuk dalam berbicara, sebaiknya menggunakan yang bahasa yang baik, santun, tidak melukai hati orang lain. Lihat Surat 67: 13
QS 67: 13. Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.
Hati-hati dengan perkataan kita, harus tahu mana yang dirahasiakan dan mana yang bisa dikatakan. Apa lagi jaman sekarang, kelakuan dan perkataan pemimpin sangat mudah diviralkan, sehingga bisa menyebar secara cepat. Lihat Surat S 35: 10
QS 35: 10. Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik[1249] dan amal yang saleh dinaikkan-Nya[1250]. Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.
[1249]. Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa perkataan yang baik itu ialah Kalimat Tauhid yaitu Laa ilaa ha illallaah; dan ada pula yang mengatakan zikir kepada Allah dan ada pula yang mengatakan semua perkataan yang baik yang diucapkan karena Allah. [1250]. Maksudnya ialah bahwa perkataan baik dan amal yang baik itu dinaikkan untuk diterima dan diberi-Nya pahala.
Jadi bebicara baik dan amal baik yang naik ke Allah, sebaliknya jangan merencanakan kejahatan (meski tidak dikatakan)
Ujian hidup itu berupa apa saja: kekuasaan, kekayaan, kepandaian, kecantikan, kesuksesan dan juga ejekan dari orang lain tentang diri kita khususnya pada saat kita berada “dibawah”. Lihat Surat 3: 186
QS 3: 186. Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.
Jadi kalau ada hal yang menyakitkan, bersabar dan betakwa. Salah satu wujud takwa adalah berkata dengan benar. Lihat Surat 33: 70
QS 33: 70. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,
Jangan langsung diutarakan, selatankan dulu, barat dulu, timur dulu, baru utara (proses dulu, pikir dulu) sebelum diutarakan
C. Ingatlah kekuasaan yang disalah-gunakan, begitu pula kepemilikan yang disalah-gunakan akan mendapatkan balasan dari raja yang sesungguhnya yaitu Allah SWT, baik di akhirat maupun di dunia
Kita harus ingat bahwa apa yang kita perbuat ada balasannya, bila kita salahgunakan pasti akan dibalas oleh Allah SWT. Lihat S 67: 20, 21
QS 67: 20. Atau siapakah dia yang menjadi tentara bagimu yang akan menolongmu selain daripada Allah Yang Maha Pemurah? Orang-orang kafir itu tidak lain hanyalah dalam (keadaan) tertipu.
QS 67: 21. Atau siapakah dia yang memberi kamu rezki jika Allah menahan rezki-Nya? Sebenarnya mereka terus menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri?
Jangan minta tolong kepada jin, karena semuanya dari Allah, sehingga kalau minta tolong yang kepada Allah SWT. Contohlah Nabi Sulaiman yang meminta kepada Allah dan diberi serdadu jin. Lihat Surat 27: 17
QS 27: 17. Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan).
Bandingkan dengan Surat 72: 6
QS 72: 6. Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan[1523] kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan.
[1523]. Ada di antara orang-orang Arab bila mereka melintasi tempat yang sunyi, maka mereka minta perlindungan kepada jin yang mereka anggap kuasa di tempat itu.
Jadi kalau tidak melalui Allah, yang ada hanya menambah dosa. Ini tersurat juga pada Surat 17: 64, 65
QS 17: 64. Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka[861].
[861]. Maksud ayat ini ialah Allah memberi kesempatan kepada iblis untuk menyesatkan manusia dengan segala kemampuan yang ada padanya. Tetapi segala tipu daya syaitan itu tidak akan mampu menghadapi orang-orang yang benar-benar beriman.
65. Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. Dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga.”
Jadi apa resepnya? Bermohonlah kepada Allah, karena Allah yang berkuasa atas segala sesuatu. Lihat Surat 3: 26, 27
QS 3: 26. Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
QS 3: 27. Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup[191]. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).”
[191]. Sebagian mufassirin memberi misal untuk ayat ini dengan mengeluarkan anak ayam dari telur, dan telur dari ayam. Dan dapat juga diartikan bahwa pergiliran kekuasaan diantara bangsa-bangsa dan timbul tenggelamnya sesuatu umat adalah menurut hukum Allah.
Jadi di sini juga ditegaskan bahwa kekuasaan itu tidak abadi, seperti malam dan siang, yang selalu bergantian. Itulah hidup: ada kalanya di atas ada kalanya di bawah, jadi yang penting adalah sikap kita: semuanya adalah ujian dari Allah SWT.
Bagaimana bila kita telah berbuat salah terhadap kekuasaan yang kita miliki? Bila kita menyalahi kekuasaan yang kita dapat, masih ada kesempatan untuk dimaafkan. Lihat Surat 67: 11, 12
QS 67: 11. Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.
QS 67: 12. Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya Yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.
Manusia diberi kelengkapan sebagai makhluk tertinggi, boleh memilih menjadi insan yang baik atau buruk. Bila tersesat, manusia bahkan bisa lebih buruk dari binatang. Lihat Surat 7: 179
QS 7: 179. Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
Selain manusia ada juga makhluk lain misalnya jin. Serupa dengan manusia, jin juga ada yang baik. Ini dapat dilihat pada Surat 72 (Surat Jin) contohnya pada ayat 14 dan 15
QS 72: 14. Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang taat dan ada (pula) orang-orang yang menyimpang dari kebenaran. Barangsiapa yang yang taat, maka mereka itu benar-benar telah memilih jalan yang lurus.
QS 72: 15. Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu api bagi neraka Jahannam.
Namun bagi yang takut kepada Allah, balasannya adalah surga. Lihat Surat 55: 46
QS 55: 46. Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua syurga[1446].
[1446]. Yang dimaksud dua syurga di sini adalah, yang satu untuk manusia yang satu lagi untuk jin. Ada juga ahli Tafsir yang berpendapat syurga dunia dan syurga akhirat.
Sebaliknya jin banyak juga yang jahat. Buktinya bisa dilihat pada Surat S 6: 128
QS 6: 128. Dan (ingatlah) hari diwaktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (dan Allah berfirman): “Hai golongan jin, sesungguhnya kamu telah banyak menyesatkan manusia”, lalu berkatalah kawan-kawan meraka dari golongan manusia: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya sebahagian daripada kami telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain)[504] dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami.” Allah berfirman: “Neraka itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain).” Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
[504]. Maksudnya syaitan telah berhasil memperdayakan manusia sampai manusia mengikuti perintah-perintah dan petunjuk-petunjuknya, dan manusiapun telah mendapat hasil kelezatan-kelezatan duniawi karena mengikuti bujukan-bujukan syaitan itu.
Sebenarnya telah dikirim para rasul untuk mengingatkan jin dan manusia, namun bila sudah meninggal, segalanya sudah terlambat. Mereka dalam keadaan kafir. Lihat Surat 6: 130
QS 6: 130. Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayatKu dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini? Mereka berkata: “Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri”, kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orang-orang yang kafir.
Demikianlah rangkuman pesan-pesan yang bisa kita ambil dari Surat Al Mulk, diramu dari pengajian keluarga kami. Semoga bermanfaat dan terima kasih.