Balai Litbang Banjarnegara, siap melebarkan bidang penelitiannya

Pada hari Jum’at, 16 Maret 2018 saya diundang oleh Balai Litbang Kelas 1 Banjarnegara, Jawa Tengah, untuk memberikan masukan terhadap pengembangan Balai Litbang tersebut, khususnya dalam mempeluas bidang penelitiannya. Sebagaimana diketahui, pada tahun 2017 yang lalu, telah keluar ketetapan tentang perubahan mendasar pada Balai Litbang Banjarnegara terhadap 2 hal yaitu:
1. Posisi institusi yang meningkat, kini menjadi Balai Litbang Kelas 1, yang berarti struktur organisasinya juga makin lengkap.
2. Bidang gerak litbangnya, kalau sebelumnya terbatas pada penyakit zoonosis, sekarang merupakan wakil Balitbangkes di daerah, sehingga bidang litbangnya meliputi seluruh program kesehatan.
Untuk menghadapi perubahan besar mereka meminta masukan dari saya.
Dilihat dari sejarah berdirinya Balai Litbang Banjarnegara, perjalanan diawali pada saat dilaksanakan ICDC (Intensive Communicable Disease Control) pada tahun1999, dengan dibentuknya beberapa SLPV (Stasiun Lapangan Pengendalian Vektor), satu diantaranya bertempat di Banjarnegara, Jawa Tengah. Proyek ICDC ini berkedudukan di Ditjen P2PL (Pemberantasan Penyakit dan Perbaikan Lingkungan), sehingga SLPV dibawah koordinasi Ditjen P2PL. Namun seiring berjalannya waktu dan selesainya ICDC, keberadaannya dianggap kurang pas bila tetap dibawah Ditjen P2PL. Oleh karena itu pada tahun 2000, semua SLPV dilimpahkan menjadi binaan Badan Litbang Kesehatan. Semula hanya sebagai UPF (Unit Pelayanan Fungsional), tetapi kemudian pada tahun 2003 menjadi terstruktur sebagai institusi penelitian di daerah setingkat eselon 4. Kegiatan kelitbangan yang makin besar mampu meningkatkan kelasnya dari Loka menjadi Balai yang setara dengan eselon 3b pada tahun 2011.
Kepala Balai Litbang Banjarnegara, Bapak Jastal Sahali SKM, MKes. Menyampaikan profil institusi yang dipimpinnya, lengkap dengan sejarah dan apa yang telah dilakukan sampai saat ini.

Gambar 1. Kepala Balai Litbang Banjarnegar Bapak Jastal Sahali (kiri), sedang memaparkan profil institusi yang dipimpinnya.
Tahun 2017 yang lalu, terjadi lompatan besar, karena keluar ketetapan kenaikan tingkat menjadi Balai Litbang Kelas 1, dan bidang geraknya juga melebar, bukan hanya di bidang P2B2 (Pengendalian Penhyakit Bersumber Binatang), tetapi melebar menjadi seluruh masalah kesehatan.
Tabel 1. Sejarah Balai Litbang Kelas 1 Banjarnegara, Jawa Tengah.
Sesuai dengan sejarah pembentukannya, Balai Litbang Banjarnegara lebih banyak melakukan penelitian di bidang zoonosis, dengan proporsi topik penelitian terbanyak adalah leptospirosis, malaria, demam berdarah dengue dan filariasis, disamping beberapa topik penelitian lainnya. Keunggulan Bali Litbang Banjarnegara adalah leptospirosis.

Gambar 2. Gambaran topik penelitian yang telah dilakukan Balai Litbang Banjarnegara.
Sarana litbang yang dimiliki banyak terkait dengan litbang zoonosis seperti Laboratorium Entomologi, Laboratorium Parasitologi, Laboratorium Rodentologi serta Laboratorium Mikrobiologi, Biomolekuler dan Imunologi. Juga sudah memilik Instalasi Hewan Coba, Instalasi Sumber Daya Tumbuhan dan Instalasi Epidemiologi dan Informasi Kesehatan, yang terus dikembangkan untuk menyongsong meluasnya bidang gerak Balai Litbang Banjarnegara.

Gambar 3. Gedung Balai Litbang Banjarnegara, Jawa Tengah
Dari segi sumber daya manusia, jumlah pegawai 47 orang, setengahnya adalah peneliti dan litkayasa. Adapuan tingkat pendidikan terbanyak adalah sarjana, disusul diploma III dan magister. Saat ini ada 2 staf yang sedang mengambil pendidikan S3 (Doktor), 2 staf mengambil S2 (Magister) dan 2 staf mengambil S1 (Sarjana). Hampir 70% adalah golong III, karena memang sebagian besar penelitinya masih berusia muda. Adapun basis pendidikannya sebagian besar adalah epidemiologi dan biostatistik, disamping biologi lingkungan, perilaku kesehatan dan pelayanan kesehatan. Menilik sumber daya manusia yang dimiliki, tampaknya tidak akan sulit bagi Balai Litbang Banjarnegara untuk melebarkan sayap, meneliti diluar penyakit zoonosis, sesuai dengan perubahan dari yang fokus ke bidang yang lebih luas.

Gambar 4. Para staf Balai Litbang Banjarnegara, sedang aktif berdiskusi dengan narasumber.
Sebagai narasumber yang membahas tentang perluasan bidang gerak litbang, saya menagnajurkan agar ruang lingkup penelitian diutamakan pada program prioritas Kementerian Kesehatan saat ini, yaitu:
1. Paradigma sehat yang dilaksanakan melalui PISPK (Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga) yang didukung oleh GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) dan SPM (Standar Pelayanan Minimal bidang Kesehatan)
2. Program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) dengan beragam keberhasilan dan kekurangannya.
3. Penguatan sarana, prasarana, peralatan dan sumber daya manusia kesehatan pada fasilitas pelayana kesehatan.
Tiga pilihan di atas masih sangat luas, oleh karena itu ruang lingkup yang mana yang dipilih, harus disesuaikan pula dengan kompetensi tenaga peneliti yang dimiliki Balai Litbang Banjarnegara.
Saya menyarankan agar pada tahap pertama ini fokus mendampingi implementasi PISPK di wilayah Banjarnegara, minimal pada Puskesmas yang dekat dengan lokasi Balai, sehingga tidak memerlukan banyak biaya. Namun dianjurkan pendampingan dalam bentuk riset impementatif, sebaiknya dilakukan di tingkat Kabupaten Banjarnegara dan sekitarnya, bahkan bila mungkin sampai tingkat Provinsi (Jawa Tengah dan DI Yogyakarta). Mengingat latar belakang penelitinya yang sebagai besar adalah epidemiologi dan biostatistik, rasanya tidak sulit kalau bergerak di bidang ini, apalagi sebagaian besar peneliti tergolong masih belia.

Gambar 5. Para srikandi peneliti Balai Litbang Banjarnegara

Gambar 6. Berfoto bersama para staff Litbang Banjarnegara
Demikian rangkuman kunjungan saya sebagai narasumber di Balai Litbang Banjarnegara. Semoga bermanfaat dan terima kasih.