Peringkat kabupaten kota dalam PISPK di Jawa – Bali

Konten
Melanjutkan ulasan tahap pertama pada provinsi di Pulau Sumatera, ulasan kami yang kedua membahas peringkat kabupaten/kota dalam PISPK (Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga) pada provinsi di Jawa-Bali. Sebagaimana diketahui Kementerian Kesehatan baru saja melaksanakan Rakorpop (rapat koordinasi pelaksanaan operasional program) dengan semua Kepala Dinas Kesehatan Provinsi mupun Kab/Kota di Jakarta pada tanggal 11 – 13 Desember 2017. Salah satu topik yang dibahas adalah kemajuan pelaksanaan PISPK, baik cakupan keluarga yang telah dikunjungi, capaian IKS (indeks keluarga sehat) mapun capaian 12 indikator keluarga sehat.
Kali ini kami ulas peringkat kabupaten kota pada provinsi yang terletak di pulau Jawa dan Bali, berdasarkan cakupan kunjungan keluarga dan capaian IKS (Indeks Keluarga Sehat). Juga dibahas kondisi 12 indikator sehat di provinsi yang bersangkutan. Berikut peringkat masing-masing kab/kota dalam provinsi yang bersangkutan dan peringkatnya pada tataran nasional.
Peringkat kab/kota di Provinsi DKI Jakarta
DKI Jakarta sebenarnya pada waktu yang bersamaan telah mengembangkan KPLDH (Ketuk Pintu Layani Dengan Hati), suatu bentuk kegiatan proaktif mengunjungi keluarga. Dalam pelaksanaannya lebih komplit dari PISPK, karena:
- Idenya adalah kunjungi keluarga, bila ditemukan kasus (apa saja kasusnya) langsung diselesaikan. Jadi misalnya bila ketemu pasien stroke yang belum ditangani, segera dirujuk ke RS terdekat untuk diselesaikan.
- Tim yang melakukan kunjungan rumah mempunyai kualifikasi lebih tinggi, karena terdiri dari minimal dokter, bidan dan perawat. Karena ada tenaga medis, maka semua penyakit bisa diliput.
- Kalau dihitung indikator yang dikumpulkan 22 indikator, termasuk sebagaian dari 12 indikator keluarga sehat PISPK.
Jumlah keluarga yang dikunjungi sudah cukup banyak, namun karena aplikasi yang dikembangkan tidak bisa “link” dengan aplikasi keluarga sehat, maka data yang masuk dan tercatat di aplikasi keluarga sehat belum begitu banyak. Saat ini sedang dilakukan pembuatan “link” antara 2 aplikasi, sehingga nanti Puskesmas hanya memasukkan data sekali tetapi dapat terlihat di 2 aplikasi. Sayangnya link ini belum berhasil dengn sempurna. Jadi sebenarnya cakupan kunjungan keluarga di DKI Jakarta jauh lebih banyak dari yang tercatat pada aplikasi keluarga sehat.
Berdasarkan catatan pada aplikasi keluarga sehat, peringkat kota di DKI Jakarta dalam hal cakupan kunjungan keluarga adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Peringkat kab/kota dalam Provinsi DKI Jakarta berdasarkan cakupan kunjungan keluarga pada awal Desember 2017
Kami berharap link antara KPLDH dan aplikasi keluarga sehat dapat segera terwujut, sehingga data yang masuk sesuai dengan apa yang telah dikerjakan Puskesmas di seluruh DKI Jakarta.
Bila dilihat capaian IKS, peringkat kota dapat dilihat pada tabel berikut. Untuk IKS provinsi DKI Jakarta adalah tertinggi, ini karena 4 kota yang sudah terkumpul datanya menunjukkan nilai IKS yang bagus, sehingga secara keseluruhan mengangkat IKS Jakarta. Kota Jakarta Selatan dan Kodya Kepulauan Seribu belum bisa ditampilkan karena cakuan kunjungan keluarga yang kurang dari 1%.
Tabel 2. Peringkat kab/kota dalam Provinsi DKI Jakarta berdasarkan capaian Indeks Keluarga Sehat (IKS) pada awal Desember 2017
Adapun capaian 12 indikator keluarga sehat dapat dilihat pada gambar berikut. Polanya juga sedikit berbeda dengan provinsi lain, 5 masalah utama adalah: orang dengan gangguan jiwa berat, hipertensi, keluarga bernecana, tuberkulosis dan merokok. Untuk indikator JKN, DKI Jakarta lebih maju dari provinsi lain, karena semua penduduk dengan KTP DKI Jakarta dijamin kesehatannya melalui JKN atau yang belum ikut JKN dijamin oleh KJS (Kartu Jakarta Sehat).

Gambar 1. Capaian 12 indikator keluarga sehat Provinsi DKI Jakarta per awal Desember 2017.
Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat relatif tertinggal jauh bila dibandingkan dengan 2 provinsi besar yang setara, JawaTimur dan Jawa Tengah. Salah satu sebabnya adalah pelatihan bina keluarga yang terlambat. Jawa Tengah dan Jawa Timur sudah mulai sejak tahun 2016, sementara Jawa Barat pelatihan bina keluarga yang masif baru dilakukan pada tahun 2017. Kondisi sekarang, peringkat kabupaten/kota dalam cakupan kunjungan keluarga dapat dilihat pada tabel berikut. Kota Sukabumi menduduki peringkat pertama, jauh meninggalkan kab/kota lainnya, dan menduduki peringkat 7 nasional (dari 515 kab/kota). Ada 2 kabupaten yang masih kosong: Kuningan dan Bekasi, belum diketahui sebabnya: apakah belum melaksanakan, atau sudah melaksanakan tetapi belum bisa entry data karena jaringan internet yang lemah.
Tabel 3. Peringkat kab/kota dalam Provinsi Jawa Barat berdasarkan cakupan kunjungan keluarga pada awal Desember 2017
Bila dilihat angka IKS, 4 besar terbaik diduduki kota yaitu Kota Cirebon, Kota Cimahi, Kota Bogor dan Kota Depok. Namun tentu saja nilai IKS masih labil karena cakupan kunjungan keluarga yang belum banyak, kecuali Kota Sukabumi yang sudah mencapai hampir 50%. Ada yang masih belum bisa ditampilkan IKS-nya karena cakupan kunjungan keluarga yang masih sangat kecil yaitu: Kab. Bekasi, Kab, Kuningan, Kab. Pangandaran.
Tabel 4. Peringkat kab/kota dalam Provinsi Jawa Barat berdasarkan capaian Indeks Keluarga Sehat (IKS) pada awal Desember 2017
Adapun capaian 12 indikator keluarga sehat dapat dilihat pada gambar berikut. Empat masalah utama adalah: orang dengan gangguan jiwa berat, hipertensi, merokok dan tuberkulosis.

Gambar 2. Capaian 12 indikator keluarga sehat Provinsi Jawa Barat per awal Desember 2017.
Provinsi Jawa Tengah
Jawa Tengah adalah provinsi yang menduduki peringkat kedua jumlah keluaga yang telah dikunjungi (lebih dari 700.000 keluarga), namun karena jumlah penduduknya juga banyak, sehingga cakupannya kalah oleh provinsi lain. Kedudukan 3 besar cakupan terbaik (semuanya telah mencakup >30%) adalah Kab. Pekalongan, Kota Semarang dan Kab. Pati dengan peringkat nasional masing2 adalah ke 6, 8 dan 18. Meskipun demikian masih ada 1 kota yaitu Kota Magelang yang masih nol datanya. Apakah memang belum melaksanakan, atau sudah melaksanakan tetapi belum entry data karena jaringan internet sulit? Tiga kabupaten: Sukoharjo, Kudus dan Purworejo mempunyai cakupan yang masih sangat kecil <0,1%.
Tabel 5. Peringkat kab/kota dalam Provinsi Jawa Tengah berdasarkan cakupan kunjungan keluarga pada awal Desember 2017
Bila dilihat capaian IKS, 3 besar direbut oleh kota yaitu Kota Salatiga, Kota Semarang dan Kota Surakarta. Sedangkan peringkat terbawah selain Kota Magelang (karena belum ada datanya) adalah Kab. Cilacap, Kab. Wonosobo dan Kab. Brebes.
Tabel 6. Peringkat kab/kota dalam Provinsi Jawa Tengah berdasarkan capaian Indeks Keluarga Sehat (IKS) pada awal Desember 2017
Kondisi 12 indikator keluarga sehat untuk Provinsi Jawa Tengah dapat dilihat pada gambar berikut. Empat masalah utama adalah orang dengan gangguan jiwa berat, hipertensi, tuberkulosis dan merokok.

Gambar 3. Capaian 12 indikator keluarga sehat Provinsi Jawa Tengah pada awal Desember 2017.
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta belum banyak cakupan kunjungan keluarganya, peringkatnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tampaknya semua baru mulai, terbukti cakupannya yang kesemuanya masih <10%. Biasanya DI Yogyakarta cepat mengejar ketertinggalannya. Kita tunggu saja tahun depan, semoga bisa mempercepat implementasi PISPK.
Tabel 7. Peringkat kab/kota dalam Provinsi DI Yogyakarta berdasarkan cakupan kunjungan keluarga pada awal Desember 2017
Namun bila dilihat dari hasil IKS, hanya Kab. Gunung Kidul yang lebih rendah dari rerata angka nasional (IKS = 0,156). Peringkat pertama diduduki Kota Yogyakarta (IKS = 0,330) yang juga menduduki peringkat 13 di tataran nasional.
Tabel 8. Peringkat kab/kota dalam Provinsi DI Yogyakarta berdasarkan capaian Indeks Keluarga Sehat (IKS) pada awal Desember 2017
Adapun kondisi 12 indikaktor keluarga sehat adalah seperti pada gambar berikut. Ada empat masalah utama yaitu orang dengan gangguan jiwa berat, hipertensi, tuberkulosis dan keluarg berencana.

Gambar 4. Capaian 12 indikator keluarga sehat Provinsi DI Yogyakarta pada awal Desember 2017.
Provinsi Jawa Timur
Sudah >800.000 keluarga yang berhasil dikunjungi di Provinsi Jawa Timur sehingga menduduki peringkat pertama dibanding provinsi lainnya. Namun karena jumlah penduduknya juga besar, cakupannya masih di bawah provinsi lainnya. Variasi cakupan kunjungan keluarga antar kab/kota di Provinsi Jawa Timur dapat dilihat pada tabel berikut. Peringkat pertama diduduki oleh Kota Madiun yang juga merupakan peringkat 15 nasional, disusul Kab. Trenggalek dan Kab. Kediri. Masih ada 3 kabupaten (Probolinggo, Bangkalan, Bondowoso) dan Kota Pasuruan yang datanya masih kosong. Apakah mereka belum melaksanakan, atau sudah melakukan kunjungan keluarga tetapi belum entry data karena kesulitan jaringan internet?
Tabel 9. Peringkat kab/kota dalam Provinsi Jawa Timur berdasarkan cakupan kunjungan keluarga pada awal Desember 2017
Dilihat dari sisi IKS (indeks keluarga sehat) variasinya juga lebar seperti tampak pada tabel berikut. Peringkat 3 besar diduduki oleh Kab. Mojokerto, Kota Madiun dan Kota Kediri.dengan IKS >0,3. Sementara itu masih ada 2 kabupaten (Bangkalan dan Bondowoso) dan 2 kota (Kota Pasuruan dan Kota Mojokerto) yang belum bisa ditampilkan IKS-nya karena cakupan kunjungan keluarga yang masih sedikit.
Tabel 10. Peringkat kab/kota dalam Provinsi Jawa Timur berdasarkan capaian Indeks Keluarga Sehat (IKS) pada awal Desember 2017
Gambaran capaian 12 indikator keluarga sehat di Provinsi Jawa Timur dapat dilihat pada gambar berikut. Empat masalah yang tertinggal adalah orang dengan gangguan jiwa berat, hipertensi, tuberkulosis dan JKN

Gambar 5. Capaian 12 indikator keluarga sehat Provinsi Jawa Timur pada awal Desember 2017.
Provinsi Banten
Di Provinsi Bnten, Kabupaten Serang (36,17%) tampil menonjol dibanding kab/kota lainnya dalam hal cakupan kunjungan keluarga, yang juga menduduki peringkat 16 nasional (lihat tabel di bawah ini). Peringkat selanjutnya disusul Kota Tanggerang. Peringkat paling bawah adalah Kota Tangerang Selatan.
Tabel 11. Peringkat kab/kota dalam Provinsi Banten berdasarkan cakupan kunjungan keluarga pada awal Desember 2017
Dari sisi IKS, peringkat pertama adalah Kota Tangerang, disusul Kota Cilegon. Namun capaian IKS masih sangat labil karena cakupan kunjungan keluarga yang masih sedikit.
Tabel 12. Peringkat kab/kota dalam Provinsi Banten berdasarkan capaian Indeks Keluarga Sehat (IKS) pada awal Desember 2017
Capaian 12 indikator keluarga sehat di Provinsi Banten dapat dilihat pada gambar berikut. Empat masalah utama adalah orang dengan gangguan jiwa berat, hipertensi, tuberkulosis dan keluarga berencana.

Gambar 6. Capaian 12 indikator keluarga sehat Provinsi Banten pada awal Desember 2017.
Provinsi Bali
Dari sisi cakupan kunjungan keluarga, Provinsi Bali juga belum banyak, masih di bawah rerata nasional (5,9%). Peringkat pertama diduduki oleh Kota Denpasar sementara peringkat terbawah adalah Kab. Bangli.
Tabel 13. Peringkat kab/kota dalam Provinsi Bali berdasarkan cakupan kunjungan keluarga pada awal Desember 2017
Namun dari sisi indeks keluarga sehat (IKS) Kab. Badung dengan nilai IKS = 0,389, menempati peringkat pertama nasional. Peringkat 2 adalah Kab. Jembrana yang sekaligus menempati peringkat 5 nasional dan peringkat 3 adalah Kota Denpasar yang juga peringkat 16 nasional.
Tabel 14. Peringkat kab/kota dalam Provinsi Bali berdasarkan capaian Indeks Keluarga Sehat (IKS) pada awal Desember 2017
Bagimana dengan capaian 12 indikator keluarga sehat? Empat masalah utama adalah orang dengan gangguan jiwa berat, hipertensi, tuberkulosis dan keluarga berencana.

Gambar 7. Capaian 12 indikator keluarga sehat Provinsi Bali pada awal Desember 2017.
Demikianlah gambaran peringkat kabupaten kota dalam provinsi di Pulau Jawa dan Bali. Provinsi berikut dari kwawasn Indonesia lainnya akan segera menyusul.