Disertasi: JKN terbukti meningkatkan akses layanan kesehatan

[contact-form][contact-field label=”Name” type=”name” required=”true” /][contact-field label=”Email” type=”email” required=”true” /][contact-field label=”Website” type=”url” /][contact-field label=”Message” type=”textarea” /][/contact-form]
Ketimpangan akses pelayanan kesehatan dapat dilihat dari berbagai aspek. Indonesia adalah negara kepulauan yang menyebabkan ketimpangan akses ke layanan kesehatan. Kita memiliki 165 kabupaten tertinggal, perbatasan dan kepulauan yang masih kesulitan dalam akses layanan kesehatan. Kemiskinan juga memicu terjadinya ketimpangan akses ke pelayanan kesehatan. Jumlah penduduk miskin di Indonesia sebesar 28,51 juta orang yang >60% tinggal di daerah perdesaan. Rasio tempat tidur di rumah sakit pada tahun 2015 sebesar 1,21 per 1.000 penduduk, namun terdapat variasi luas di berbagai provinsi yang mempengaruhi akses rawat inap. Kita juga mengalami kekurangan tenaga kesehatan, sebagai gambaran: rasio dokter per 100.000 penduduk bervariasi dengan rasio tertinggi Sulawesi Utara (39 per 100.000 penduduk) dan terendah di Jawa Barat (10 per 100.000 penduduk).

Gambar 1. Sdri. Wahyu Pudji Nugraheni sedang mempertahankan disertasinya, didampingi 2 orang paraname
Jaminan kesehatan nasional (JKN) yang dimulai pada merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk memperbaiki akses terhadap layanan kesehatan yang berkeadilan (ekuitas) khususnya diantara kelompok pendapatan. Untuk membuktikan hal ini, Sdri. Wahyu Pudji Nugraheni berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul: Dampak Program Jaminan Kesehatan Nasional terhadap Ekuitas Akses Layanan Rawat Inap di Rumah Sakit, pada tanggal 15 Juli 2017.
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi dampak kepemilikan JKN terhadap ekuitas akses layanan rawat inap di rumah sakit. Dipilih rawat inap karena perlindungan finansial atas biaya rawat inap dapat mencegah pemiskinan penduduk. Studi ini menggunakan data dari IFLS 2007 dan 2014/2015, subyeknya adalah responden IFLS yang berusia ≥ 15 tahun. Angka Rawat Inap (ARI) dalam penelitian ini dihitung dengan rumus jumlah individu yang memanfaatkan layanan rawat inap dibagi dengan total populasi dikalikan dengan 1000 penduduk.

Tabel 1. Perubahan ARI Berdasarkan Jenis Sampel Penelitian Tahun 2007 dan 2014
Pada kedua kelompok umur terjadi peningkatan angka rawat inap yang tampak lebih signifikan pada kelompok usia > 40 tahun.

Gambar 2. ARI Berdasarkan Kelompok Pendapatan Perkapita
Untuk kelompok umur ≥40 tahun, terjadi peningkatan angka rawat inap pada setiap kuintil sebelum dan sesudah program JKN, terutama terjadi pada kuintil 1, 2 (masyarakat miskin) dan kuintil 3 (masyarakat menengah). Ini menunjukkan bahwa JKN telah meningkatkan akses pelayanan kesehatan kepada penduduk, terutama kelompok berpendapatan rendah. Analaisis lebih dalam kemudian dilakukan dengan mempertimbangkan faktor kebutuhan, hasilnya sebagai berikut.

Tabel 2. Perubahan ARI Berdasarkan Faktor Kebutuhan Tahun 2007 dan 2014
Data ini menunjukkan bahwa JKN sangat berperan meningkatkan akses layanan kesehatan khususnya pada kelompok dengan faktor kebutuhan seperti adanya penyakit kronis dan tingkat keparahan penyakit.

Gambar 3. Sdri. Wahyu Pudji Nugraheni menerima ijazah Doktor dalam bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat dari promotornya.
Dampak program JKN terhadap perubahan ekuitas akses layanan kesehatan rawat inap di rumah sakit dianalisis dengan menggunakan kurva konsentrasi, seperti tergambar untuk kelompok umur > 40 tahun sebagai berikut.

Gambar 4. Kurva Konsentrasi Layanan Rawat Inap Total
Tahun 2007 Dan Tahun 2014 Pada Kelompok JKN Dan Non JKN
(Sampel umur ≥40 tahun)
Dari perbandingan gambar di atas, tampak bahwa setelah 1 tahun berjalan, program JKN mampu memperbaiki kesenjangan akses layanan rawat inap di rumah sakit, tampak posisi kurva bergerak mendekati garis ekuitas (equity line) dibandingkan dengan kurva sebelum ada program JKN (tahun 2007) yang berada jauh dibawah garis ekuitas. Perbaikan kesenjangan terjadi juga pada kelompok Non JKN, namun pada kelompok JKN perubahan tampak lebih nyata. Gambaran yang sama terjadi pada kelompok usia > 15 tahun, Ini berarti dari tahun 2007 ke tahun 2014, terjadi peningkatan ekuitas layanan kesehatan rawat inap, namun kelompok yang diliput JKN mempunyai perbuahan yang lebih baik dibanding non-JKN

Gambar 5. Sdri. Wahyu Pudji Nugraheni berfoto bersama rekan-rekan