Pesan Presiden pada Rakerkesnas 2017

Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) tahun 2017 ini terasa istimewa karena dibuka oleh Presiden RI: Bapak Joko Widodo. Baru kali inilah sejak kemerdekaan RI, Rakerkesnas dihadiri oleh Presiden. Mengenakan baju batik lengan panjang, Bapak Presiden memberikan sambutan dengan beberapa tekanan pada 10 pesan kesehatan berikut ini.
Gambar 1: 10 pesan kesehatan Bapak Presiden
Berikut ini ulasan penulis terhadap 10 pesan kesehatan Bapak Presiden Jokowi tersebut di ataas.
Kesehatan sangat fundamental
Kesehatan merupakan hak azasi manusia, seperti yang tertera pada pasal 28 H ayat 1 Undang Undang Dasar 1945 sebgai berikut:
Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan medapatkan lingkungan hidup baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
Disamping itu kesehatan adalah salah satu dari 3 indikator yang menentukan IPM (Index Pembangunan Manusia) selain pendidikan dan eknomi. Jadi tinggi rendahnya IPM ditentukan salah satunya oleh komponen kesehatan. Ini menunjukkan betapa fundamental kesehatan bagi kehidupan insan, keluarga, dan masyarakat.
Gizi investasi bangsa
Dalam sambutannya Bapak Presiden menyoroti gizi buruk, yang tidak boleh lagi ada di negeri ini. Sebenarnya masalah gizi bukan hanya gizi buruk, tetapi juga pendek (stunting). Berikut kami sajikan data tentang status gizi balita di Indnesia.
Gambar 2 Kecenderungan balita gizi buruk dan gizi kurang menurut Riskesdas 2007, 2010 dan 2013
Pada 3 kali Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, 2010 dan 2013, tampak kecenderungan gizi buruk yang belum membaik (sekitar 5%) demikian juga dengan gizi kurang (sekitar 13%). Memang tidak mudah menurunkan prevalensi gizi buruk, karena diperlukan intervensi lintas sektor. Ada faktor kemiskinan, tingkat pendidikan, ketersediaan pangan, akses air bersih dan jamban, termasuk pola asuh dan perilaku masyarakat terhadap anak balitanya. Itulah sebabnya sekarang digalakkan GERMAS (gerakan masyarakat hidup sehat), suatu bentuk peran lintas sektor dalam memfasilitasi kegiatan masyarakat yang mengarah ke perilaku hidup sehat.
Gambar 3: Kecenderungan stunting (pendek dan sangat pendek) menurut Riskesdas 2007, 2010 dan 2013
Data Riskesdas 2007, 2010 dan 2013 menunjukkan prevalensi stunting (pendek) yang relatif menetap, sekitar 37% (sangat pendek + pendek). Stunting bersifat multi-sektoral dan menahun, artinya balita stunting terjadi akibat dari banyak faktor yang sudah lama terjadi. Misalnya asupan gizi yang kurang karena kemiskinan dan ketidak-tahuan, penyakit infeksi yang berulang karena buruknya sanitasi lingkungan, rendahnya kualitas udara karena orang tuanya yang perokok berat, dst. Jadi mengatasi masalah gizi balita memang tidak mudah, diperlukan sinergi lintas sektor dan lintas jenjang pemerintahan. Baru periode pemerintahan sekarang, stunting dijadikan prioritas. Bila Pemerintah secara konsisten melakukan intervensi lintas sektor, harapan pengurangan prevalensi balita stunting bisa menjadi kenyataan.
Berantas penyakit menular
Meskipun prevalensi penyakit menular cenderung menurun, namun tetap saja masih merupakan masalah. Dari sejumlah penyakit menular, prioritas utama ditujukan kepada 3 penyakit yaitu HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.
Prevalensi HIV/AIDS masih bisa dipertahankan di bawah 0,5% penduduk, saat ini berada pada angka 0,37%. Namun harus tetap diwaspadai, karena disamping faktor perilaku, HIV/AIDS akan meningkat bila pengguna narkoba dengan suntikan meningkat. Disamping itu terjadi keterkaitan antara HIV/AIDS dan Tuberkulosis, bila HIV/AIDS meningkat, penderita Tuberkulosis juga meningkat, demikian pula sebaliknya.
Tuberkulosis menunjukkan penurunan prevalensi dari 297 menjadi 194 per 100.000 penduduk dalam kurun waktu 2013 – 2016, bila diagnosanya berbasis mikroskopis. Namun berdasarkan metode diagnosis yang baru dengan tes cepat molekuler, prevalensi tuberkulosis masih tinggi >600 per 100.000 penduduk. Ini tantangan baru, karena jumlahnya menjadi berlipat. Diperlukan komitmen dan konsistensi pengendalian program, agar prevalensi bisa ditekan agar terus menurun.
Malaria masih merupakan masalah khususnya di daerah endemis. Namun kemajuan telah banyak dicapai, terbukti jumlah kasus dan API (Annual Parasite Rate) cenderung terus menurun. Diharapkan kecenderungan positif ini dapat segera meningkatkan jumlah kab/kota yang bebas malaria.
Gambar 4. Kecenderungan jumlah penderita malaria dan annual parasite rate tahun 2011 – 2015.
Utamakan pencegahan
Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Kalimat bijak ini tetap berlaku sampai sekarang. Mencegah jauh lebih murah dan lebih nyaman buat setiap orang. Gambaran sekilas bisa ditunjukkan pada beban penyakit tidak menular yang dihitung berdasarkan hasil Riskesdas 2013.
Tabel 1. Proporsi dan perkiraan jumlah penderita penyakit tidak menular berdasarkan hasil Riskesdas, 2013
Sebagian besar penderita stroke diakibatkan oleh hipertensi yang tidak terkontrol. Begitu seseorang menderita stroke, dampaknya pada kesejahteraan keluarga amat besar. Penderita stroke yang mengakibatkan kelumpuhan membutuhkan anggota keluarga lain untuk merawatnya, sehingga potensi keluarga menjadi makin terbatas. Pengobatan stroke jelas menguras biaya, tenaga dan pikiran, yang ini tidak akan terjadi bila kita sebelumnya bisa menjaga hipertensi terkontrol. Contoh sederhana ini menunjukkan bahwa mencegah stroke (dengan diet makanan dan minum obat hipertensi secara teratur) jauh lebih baik dari pada mengobati stroke yang diderita akibat hopertensi yang tidak terkontrol.
Gerakan hidup sehat
Hidup sehat harus diupayakan. Oleh karena itu gerakan masyarakat hidup sehat (germas) adalah ajakan kepada setiap orang dan setiap sektor untuk berpartisipasi menjalankan hidup sehat. Ada beberapa pesan pokok dalam germas ini yaitu: hentikan merokok, tingkatkan aktivitas fisik, diet yang seimbang, banyak makan buah dan sayur. Lintas sektor perlu berpartisipasi misalnya dalam memberlakukan kawasan tanpa rokok (KTR), menanam sayur/buah untuk konsumsi keluarga, gemari (gerakan makan ikan), bersepeda ke sekolah dan tempat kerja, menyelenggarakan dan car free day, dll.
Sinergitas antar Kementerian/Lembaga
Gerakan yang masal akan efektif bila ada sinergitas antar Kementerian Lembaga, juga antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota serta antara petugas dan masyarakat. Itulah sebabnya Germas dipayungi dengan Instruksi Presiden, sehingga semua sektor dan semua jenjang pemerintahan harus berperan serta.
Manajemen & anggaran Pusat – Daerah
Disamping sumber daya manusia, kecukupan dana yang dikelola secara baik amat berpengaruh pada keberhasilan kegiatan. Oleh karena itu sinergi pendanaan dari pusat dan daerah perlu dikelola dengan baik sehingga dana dari berbagai sumber bisa dioptimalkan pemanfaatannya. Manajemen keuangan dengan menerapkan sistem reward & punishment bagi sektor dan pemda, akan sangat berpengaruh pada kesuksesan gerakan masyarakat hidup sehat.
Hentikan merokok
Sudah banyak bukti dampak negatif rokok pada kesehatan, baik untuk yang merokok maupun untuk masyarakat perokok pasif di sekitarnya. Kami sajikan satu data keterkaitan rokok dengan gizi. Dari analisis data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa pada keluarga yang kepala keluarganya merokok, mempunyai proporsi balita stunting lebih besar dibandingkan pada keluarga yang bebas asap rokok. Kondisi ini terjadi baik pada kelompok yang miskin sampai yang kaya. Ini menunjukkan kepala keluarga yang merokok, anaknya cenderung stunting bukan hanya karena aspek ekonomi (uangnya untuk beli rokok dari pada untuk beli makanan bergizi), tetapi tampaknya balita perokok pasif juga terganggu pertumbuhannya sehingga menjadi stunting.
Gambar 4. Proporsi balita stunting menurut kepala keluarga merokok dan tingkat kesejahteraan
Pendekatan keluarga
Pendekatan keluarga adalah cara untuk meningkatkan akses setiap keluarga pada kesehatan. Pendekatan ini sudah dimulai pada 470 Puskesmas tahun lalu, ditambah 2,926 Puskesmas tahun 2017 dan terus meningkat menjadi seluruh Puskesmas pada tahun 2019. Puskesmas harus mempunyai catatan indikator keluarga sehat untuk seluruh keluarga yang tinggal di wilayah kerjanya. Ada 12 indikator keluarga sehat, yang kemudian membentuk indikator komposit yang disebut IKS (Indeks Keluarga Sehat). Ke 12 indikator keluarga sehat tersebut adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Indikator keluarga sehat
Reformasi birokrasi
Reformasi birokarasi merupakan wujud dari revolusi mental yang dicanangkan Presiden Jokowi. Birokrasi untuk melayani masyarakat, sehingga memuaskan masyarakat adalah tujuannya. Oleh karena itu pelayanan yang cepat, akurat dan ramah sangat diperlukan. Intinya bekerja dengan hati. Bila ini yang dilakukan, ada rasa kepuasan dalam hati sanubari insan yang melakukannya. Pelayan puas, yang dilayani senang, pahala dari Allah SWT melimpah.