Selamat Hari Kesehatan Nasional Ke–56 “Melepas Kepungan Covid-19″

Penulis : Dr.Abidinsyah Siregar*)
# Strategi Cerdas Pembangunan Berwawasan Kesehatan
# Joe Biden (Presiden Terpilih USA) : “Perbaikan Ekonomi dimulai dari Pengendalian Covid-19”
# Bintang Jasa Pratama dan Jasa Nararya kepada 23 orang Petugas Kesehatan pada Hari Pahlawan 2020
Hari Kesehatan Nasional (HKN) untuk ke 56 kali kita peringati lagi. Hari yang jatuh pada 12 November 2020 ini mengangkat Tema “Satukan Tekad Menuju Indonesia Sehat” dan Sub Tema “Jaga Diri, Keluarga dan Masyarakat, Selamatkan Bangsa dari Pandemi Covid-19”.
Sejarah peringatannya berawal dari wabah gigitan nyamuk Anopheles atau malaria yang sangat berbahaya dan merenggut ratusan ribu korban jiwa sejak tahun 1950an. (melihat angkanya tentu fatalitasnya melampaui Virus Covid-19).
Presiden Soekarno secara simbolis memulai penyemprotan DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane) di rumah penduduk di Desa Kalasan, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada 12 November 1959.
5 tahun perjuangan Indonesia membasmi Malaria hingga 1962 dari rumah ke rumah berhasil melindungi 63 juta dari 92,5 juta rakyat Indonesia (68,1%) dari penyakit malaria yang mematikan. Perjuangan itu diperoleh dengan Pengorganisasian yang baik dan kuat dengan dibentuknya KOPEM (Komando Operasi Pembasmian Malaria).
Bekerjasama dengan WHO dan USAID. Melakukan Pendidikan dan Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat disemua lapisan.
Kunci sukses ada pada Kebersamaan seluruh komponen Bangsa dibawah arahan langsung Presiden Soekarno dan dilapangan oleh Menteri Kesehatan ke-8 Dr.Satrio
Keberhasilan program Nasional itu, kemudian didedikasikan sebagai peringatan yang disebut Hari Kesehatan Nasional pada 12 November 1962. Peristiwa itu menjadi Titik Awal KEBERSAMAAN dalam Pembangunan Kesehatan di Indonesia.
Sukses ini, terlihat didukung Perencanaan yang tepat prioritas, Pengorganisasian yang kuat dan terlatih, Sasaran yang tepat dan jelas, Kerjasama lintas sektor dan kerjasama Internasional. Petugas yang terlatih, dan Evaluasi yang konsisten, serta last but not least Keterlibatan masyarakat yang kuat, total dan termotivasi.
Satukan Tekad Menuju Indonesia Sehat
INDONESIA adalah negara kepulauan dengan potensi sumber daya manusia yang sangat besar mencapai 258,4 juta jiwa (Hasil Pendataan Keluarga-2015 BKKBN). Sekarang diperhitungkan berjumlah 268,6 juta (Kemendagri, 30 Juni 2020). Jumlah merupakan hasil dari dinamika penduduk. Dinamika penduduk adalah perubahan jumlah penduduk pada suatu wilayah yang disebabkan oleh 3 faktor, kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan (migrasi).
Jumlah penduduk yang besar ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi bisa menjadi KEUNTUNGAN bagi Indonesia dengan jumlah penduduk usia produktif yang berlimpah. Namun di sisi lain bisa menjadi KERUGIAN bahkan bencana bila jumlah penduduk besar itu kualitasnya rendah, dilihat dari status pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan/ekonomi (sesuai indikator HDI, UNDP)
Indonesia sehat merupakan Tujuan dan keniscayaan dari komitmen dunia untuk Sehat
Konstitusi WHO (1946) menegaskan SEHAT ADALAH HAK ASASI MANUSIA. Semua negara memiliki kewajiban hukum bagi warganya dengan memastikan akses terhadap layanan kesehatan tepat waktu, dapat diterima, dan terjangkau, dengan kualitas yang memadai. Selain hak sehat, juga hak memperoleh air bersih, sanitasi, lingkungan, makanan, perumahan, informasi dan juga pendidikan kesehatan.
Penegasan Sehat sebagai hak azasi setiap manusia dan warga Negara di Negara manapun, dituangkan dalam rencana aksi dalam kesepakatan Alma Ata.
Deklarasi Alma-Ata/Almity ditetapkan dalam International Conference on Primary Health Care di Alma Ata, Kazakhstan, 6-12 September 1978.
Deklarasi ini bentuk kesepakatan bersama antara 140 negara (termasuk Indonesia) yang menyatakan bahwa Pemerintah, Pekerja kesehatan, dan Komunitas/Masyarakat dunia perlu mengambil tindakan segera untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan semua orang.
Tindakan segera menjadi kata kunci. Dengan prioritas pendekatan berbasis kepada Pelibatan dan Keterlibatan Peran Aktif Masyarakat melalui Pendidikan dan Promosi Kesehatan. Hal itu kemudian sejalan dengan pemikiran Richard Blum (1984) seorang pakar Public Health dari Inggris, yang melihat peran Upaya Kesehatan (Pemerintah) pada urutan ke 3 setelah Lingkungan (yang utama) dan Perilaku.
40 Tahun kemudian, pada tanggal 25-26 Oktober 2018, di Astana, Kazakstan, ratusan Pemimpin Negara berkumpul (kembali) untuk merevitalisasi layanan kesehatan primer di seluruh dunia. Pada ulang tahun ke 40 Deklarasi Alma-Ata tahun 2018 ini yang disponsori WHO dan UNICEF, semua negara, termasuk Indonesia, untuk memperkuat komitmen, mengembangkan dan memelihara sistem kesehatan primer, dengan tujuan utama untuk mencapai Kesehatan Untuk Semua (Health For All) dan menjamin kesehatan bagi semua warga atau ‘Universal Health Coverage’ (UHC).
HKN pada tempatnya menjadi momentum perenungan, kilas balik, membuka wawasan dengan penuh kesadaran, apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Sudah tepat jika Kementerian Kesehatan, mengkaitkan peringatan HKN ke-56 tahun 2020 dengan Pandemi Covid-19.Dan ini harus digali mendalam sampai ditemukan akar masalah kesehatan, jika tidak ingin Kesehatan menjadi “trouble maker” dalam perjalanan Pembangunan Nasional.
Selamatkan Bangsa (Lesson Learnt) Dari Pandemi Covid-19
Pandemi Coronavirus diakui banyak kalangan membuat “kalang kabut otoritas kesehatan Nasional”, dan disisi lain hikmahnya ditemukan kerapuhan/kerentanan imunitas masyarakat dibidang kesehatan.
Memasuki bulan ke-9 (persisnya 11 bulan sejak merebak virus Corona di Wuhan, China akhir 2019) hingga kini pertambahan kasus terkonfirmasi terinfeksi virus Covid-19 masih eskalatif dan eksponensial dengan pertambahan rata-rata diatas 3.000 orang perhari dan kematian dikitaran 100 orang perhari.
Sesaat menjelang HKN ke-56 tanggal 12 November 2020, untuk Indonesia, jumlah kumulatif kasus terkonfirmasi Covid-19 berjumlah 448.118 orang dengan pertambahan hari ini 3.770 orang, kematian 14.836 orang (Angka kematian 3,3 %) dan sembuh 378.982 (84,6%). Hari ini kasus aktif ada sejumlah 53.846 orang yang sedang dalam perawatan di 34 Provinsi dan di 496 Kabupaten/Kota.
Sementara itu data GLOBAL pada 11 November jam 16.03 GMT sudah meliputi 217 Negara, jumlah kasus kumulatif dunia telah menembus 52 juta, dengan kematian 1.283.594 orang (3 %) dan sembuh 36.541.128 orang. D engan kasus aktif hari ini 14.289.993 orang, dan 95.302 orang dalam kondisi serius/kritis.
Sepanjang bulan NOVEMBER pertambahan kasus tanggal 1 sebanyak 2.696 ks dan tanggal 11 sebanyak 3.770 kasus. Tertinggi pada 7 November dengan 4.262 kasus.Para ahli melihat pertambahan kasus sejalan dengan upaya Test yang dilakukan, yang rata-rata baru mencapai 20.000 Test. Sementara itu Bapak Presiden menarget 30.000 test/hari untuk mengejar target WHO yang sampai akhir Agustus 2020 masih diangka 35,6 %.
Menurut Drh.Wiku (Jubir Satgas Covid-19 Nasional), ada sejumlah faktor yang membuat sulitnya mencapai target ini. Pertama, jejaring laboratorium dan alat yang dimiliki memang masih belum cukup. Dan Kedua kekurangan Tenaga laboratorium. Pemerintah berencana menambah kapasitas Lab dengan menggandeng swasta.Kemampuan Test yang masih sangat terbatas, hanya 20.000 perhari menghasilkan rerata kasus terkonfirmasi di bulan November antara 2.600 – 4.200 kasus.
Tabel WHOinfografisberikut (11 November 2020, jam 16.03 GMT) : KONDISI JUMLAH KASUS TERHADAP JUMLAH TEST DAN RATIO TEST PADA NEGARA BERPENDUDUK BANYAK.
Dari Tabel diatas, terlihat negara dengan jumlah test yang besar akan menghasilkan
pertambahan kasus yang besar. Ratio Test Indonesia relatif paling kecil. Jumlah Test yang BESAR akan menemukan BATAS JUMLAH TERBANYAK di Indonesia. Jika harapan Bapak Presiden untuk meningkatkan jumlah Test tidak segera dicapai, maka masa Pandemi Covid-19 di Indonesia bisa panjang, dan dampaknya terhadap masyarakat dan sektor lain, juga terhadap Negara akan semakin memburuk.
Momentum HKN harus memastikan tidak ada lagi perdebatan mana yang lebih dahulu untuk diselesaikan dalam masa pandemi Covid-19. Pastikan ada Agenda dan Rencana Aksi Kesehatan untuk tuntaskan Pengendalian kasus Covid-19 dengan Test Masif, Tracing Terukur dan Treatment Paripurna (Perawatan dan Karantina) yang cukup tenaga dan perbekalan kesehatan serta berkualitas.
Kita masih punya harapan sepanjang Otoritas Kesehatan bekerja professional, terbuka, komunikatif, membangun kolaborasi, memperluas jejaring, akuntabel dan melibatkan semua potensi sektoral.
Pembangunan Kesehatan bukan tugas Pemerintah semata, dalam hal ini Kementerian Kesehatan tetapi adalah tugas bersama Pemerintah dan Masyarakat, dibawah jargon Pembangunan Nasional berwawasan Kesehatan. Semua sektor dan masyarakat punya tanggung jawab dalam Kesehatan.
Dengan begitu pesan cerdas HKN bagi kita semua untuk Jaga Diri, Keluarga dan Masyarakat akan Menyelamatkan Bangsa dari Pandemi Covid-19, dapat diwujudkan.
Konsep Adaptasi Baru : Jaga Diri, Keluarga Dan Masyarakat
Mengacu kembali kepada pesan Kazakstan melalui Deklarasi Alma Ata (1978) dan Deklarasi Astana (2018), pesan utamanya adalah bahwa Pelayanan Kesehatan Primer adalah strategi utama untuk pencapaian kesehatan untuk semua (Health for all), sebagai bentuk perwujudan hak asazi manusia yang juga sejalan dengan Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945.
Maknanya, bukan hanya perawatan kesehatan untuk penyakit atau kondisi tertentu, tetapi juga mengelola semua aspek kehidupan dan situasi individu setiap orang.
Ini sejalan dengan prinsip perubahan di era industry 4.0 yang merupakan pergeseran focus “Shifting the focus and looking to focus on individual needs and engage more closely with their consumer”
Ada 5 kreatifitas sistem sentral yang mengalami pergeseran fokus yaitu Kesehatan, Pembelajaran, Pertanian dan Makanan, Keuangan dan Pemerintahan.
Agenda Perubahan di era industry 4.0 dalam bidang kesehatan disebutkan “Strengthening Source Of Well-being”, dalam Pembelajaran “Activate Deep Sources Of Learning”, dibidang Pertanian dan Makanan “Medium For Healing”, dibidang Keuangan “Blended Finance” dan dibidang Pemerintahan “Awareness Based Collective Action”.
Layanan kesehatan primer adalah lini pertama untuk melawan penyakit menular, mampu memperlambat perjalanan alamiah penyakit tidak menular, dan sangat penting bagi peningkatan derajad kesehatan ibu dan anak termasuk cegah Stunting dan suksesi program 1000 Hari Pertama Kehidupan, yang merupakan kelompok pengguna utama layanan kesehatan. Layanan kesehatan primer ini adalah dasar dari sistem kesehatan yang efektif dan kunci untuk mencapai Universal Health Coverage (UHC) sebagai jalan mewujudkan Strengthening source of well-being.
Presiden terpilih Amerika Serikat ke-46 Mr.Joe Biden, punya resep dalam menaklukkan dampak pandemic Covid-19 dengan melakukan “Perbaikan ekonomi dimulai dari Pengendalian Covid-19”.
Berbeda dengan Presiden petahana Mr.Donald Trump (yang kalah telak) yang kebijakannya membingungkan masyarakatnya, karena dipandang anti Protokol Kesehatan, sehingga jumlah kasus Covid-19 di Amerika Serikat sejak bulan Mei terus menjadi yang tertinggi di dunia.
Kita tahu Amerika Serikat memiliki Fasilitas Kesehatan, Tehnologi Kesehatan, Anggaran yang sangat Besar dan para Epidemiolog yang tersohor dan Lembaga riset kesehatan serta Produsen Obat dan Vaksin yang luarbiasa, tampak bagai tak berdaya dan menimbulkan panik ditengah masyarakat. Tentu “prilaku gagal paham” seperti ini tidak boleh ditiru dan terjadi di Indonesia.
Pernyataan Mr.Joe Biden sejalan dengan Komitmen Dunia yang pernah di suara kan dari Jakarta melalui “Jakarta Declaration 1997, New Players for a New Era – Leading Health Promotion into the 21st Century” bahwa “Poverty is The Greatest threat to Health” memberi arahan kepada setiap Negara untuk segera menuntaskan masalah Kesehatan sebelum datang bencana yang lebih berat.
Hari Kesehatan Nasional Dan Hari Pahlawan 2020
Berbeda dengan HKN tahun sebelumnya, kemarin bertepatan dengan Hari Pahlawan 2020, Presiden Jokowi di istana Negara memberikan 71 Tanda
Penghargaan, dimana untuk Bintang Jasa Pratama 14 orang dan Bintang Jasa Nararya untuk 9 orang, SELURUHNYA diberikan kepada Dokter, Spesialis dan Tenaga Kesehatan lainnya yang bekerja di Rumah Sakit Umum Pemerintah dan Swasta, serta Puskesmas. Mulai dari paling barat di RS USU di Medan hingga paling timur di Puskesmas Tonrorita, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Ini menjadi KESYUKURAN bagi jajaran Kesehatan se Indonesia pada HKN ke-56 tahun 2020, atas apresiasi Pemerintah melalui bapak Presiden atas dedikasi Tenaga Kesehatan dalam upaya membangun Ketahanan Kesehatan sebagai bahagian dari Ketahanan Nasional sebagai pilar 4 Tujuan Nasional yang tertera pada Pembukaan UUD 1945.
Sekaligus menjadi pengakuan tulus Pemerintah atas Pengabdian Petugas Kesehatan dimasa Pandemi Covid-19 dan Menjadi siraman do’a bagi yang telah wafat yaitu 159 Dokter, 10 Doktergigi , 113 Perawat, 22 Bidan dan 19 Tenaga kesehatan yang telah berkorban jiwa menolong para penderita Covid-19 di masa pandemic covid ini. Selamat jalan para pahlawan kesehatan.
Dirgahayu Hari Kesehatan Nasional Tahun 2020. Satukan Tekad Menuju Indonesia Sehat” serta “Jaga Diri, Keluarga Dan Masyarakat, Selamatkan Bangsa Dari Pandemi Covid-19”
Jakarta, 12 November 2020, PUKUL 01.01 WIB
*) Dr.Abidinsyah Siregar,DHSM,MBA,MKes : Ahli Utama BKKBN dpk Kemenkes/ Deputi BKKBN 2013-2017/ Komisioner KPHI 2013-2019/ Direktur Binyankes Tradkom Kemenkes 2011-2013/ Ses.Inspektorat Jenderal Depkes 2010-2011/ Kepala Pusat Promkes Depkes RI 2008-2010/ Ses.KKI 2006-2008/ Kabag TU Dinkes Prov.Sum.Utara 2003-2006/ Alumnus Public Health Management Disaster, WHO Searo, Thailand, 2004/ Ketua MN Kahmi 2009-2012/ Ketua PB IDI 2010-2012/ Ketua PP IPHI 2019-2020/ Ketua PP ICMI 2019-2024/ Ketua PP DMI 2020-2024/ Waketum DPP JBMI 2018-2022/ Ketua PP ASKLIN
2019-2022/ Penasehat BRINUS 2019-2024/ Penasehat Klub Gowes KOSEINDO 2019-2022/ Ketua IKAL FK USU 2019-2024/ Ketua PP KMA-PBS 2019-2024/ WaKorbid.Orbida dan Taplai DPP IKAL Lemhannas 2020-2024/ Pengasuh media sosial GOLansia.com dan Kanal-kesehatan.com