Dampak Positif Covid-19

Pandemi covid19 memang berdampak luar biasa, seluruh dunia terkena, seluruh aspek kehidupan juga terkena. Meskipun serangannya pada kesehatan, tetapi dampaknya kemana-mana, termasuk yang berat adalah ke ekonomi. Semua negara mengalami penurunan laju pertumbuhan ekonomi, bahkan banyak yang negatif, yang tentu saja akan merembet ke sektor lain seperti pariwisata, transportasi, industri, dan sebagainya.
Dampak negatif pandemi covid19 sudah banyak diulas, kali ini disampaikan dampak positifnya yang juga besar antara lain: pengarus utamaan kesehatan, perbaikan perilaku hidup bersih dan sehat, polusi yang menurun, penghematan bahan bakar, pengehamatan biaya kegiatan karena bisa dilakukan secara daring dan sebagainya. Ini beberapa buktinya.
Pengarus-utamaan Kesehatan Dalam Berbagai Sendi Kehidupan
“Health is not everything but everything without health is nothing” kalimat bijak itu menyiratkan bahwa kesehatan itu sangat menentukan kebahagian seseorang. Sayangnya banyak yang sadar kesehatan di kala sakit. Di sisi lain banyak faktor lain di luar kesehatan yang ikut menentukan kesehatan, contohnya adalah lingkungan. Bila kondisi lingkungan kita penuh polusi, kesehatan akan terganggu. Contoh lain adalah kelancaran transportasi, bila jalan buruk atau macet, membutuhkan perjalan kasus rujukan yang lama, sehingga mengurangi kesuksesan penanggulangan kasus rujukan tersebut.
Sebelum pandemi covid19, sangat jarang atau praktis tidak ada sektor lain yang bicara kesehatan. Namun pandemi covid19 di tingkat internasional telah menyebabkan di negeri kita masuk dalam darurat kesehatan masyarakat. Dampaknya yang begitu luas ke semua sektor non-kesehatan membuat Presiden menerbitkan Perppu nomer 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Keuangan untuk Penanggulangan Pandemi Covid19 dan/atau dalam rangka menghadapi ancaman yang membahayakan perekonomian nasional dan/atau stabilitas sistem keuangan. Perppu ini ditindak-lanjuti dengan Keputusan Presiden nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan Darurat Kesehatan Masyarakat Covid19, dan beberapa regulasi lainnya.
Terbitnya regulasi tentang covid19 ini membuat kesehatan masyarakat khususnya penanggulangan covid19 menjadi prioritas, dan semua sektor mengarahkan anggarannya untuk mengatasi dampak covid19 pada sektor masing-masing. Bisa dikatakan “Health in all policies” telah terjadi di Indonesia, karena pandemi covid19 ini.
Penerapan Protokol Kesehatan
Pengarus-utaman kesehatan bukan hanya pada tataran regulasi, tetapi juga pada penerapan di lapangan. Pandemi covid19 mengharuskan kita menerapkan protokol kesehatan di semua sendi kehidupan, kalau kita ingin covid19 tidak semakin ganas. Hindari kerumunan, jaga jarak, pakai masker, cuci tangan dengan sabun adalah pesan-pesan kunci perilaku hidup sehat yang harus diterapkan, bila kita ingin tidak terinfeksi virus corona. Lihat saja di semua tempat-tempat umum: sekolah, tempat ibadah, tempat kerja, mall, kendaraan umum dari bis, kereta, kapal maupun pesawat, semua menerapkan protokol kesehatan. Kondisi ini membuat masyarakat harus mengikuti aturan, yang secara tidak langsung harus menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Bagaimana hasilnya di lapangan, benarkah masyarakat lebih berperilaku sehat?
Cuci Tangan Pakai Sabun
Salah satu perubahan perilaku yang signifikan adalah cuci tangan dengan sabun selama 20 detik. Hasil survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik menunjukkan 80,2% responden sering/selalu melakukan cuci tangan dengan sabun selama 20 detik, sesuai anjuran di masa pandemi covid19 ini. Survei BPS dilakukan di masa pandemi, digunakan metoda daring, sehingga sebagian besar responden (71%) adalah mereka yang berpendidikan sarjana, seperti tempak pada gambar 1.

Gambar 1. Proporsi cuci tangan dan karakteristik responden, BPS 2020

Gambar 1. Proporsi cuci tangan dan karakteristik responden, BPS 2020
Sebagai perbandingan dapat dilihat proporsi cuci tangan hasil Riskesdas 2018 (sebelum pandemi covid19) berdasarkan tingkat pendidikan adalah seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Proporsi cuci tangan dengan sabun, Riskesdas 2008
Tingkat pendidikan | CTPS |
Tidak sekolah | 39,4% |
Tidak tamat SD | 43,8% |
Tamat SD | 46,9% |
Tamat SLTP | 49,2% |
Tamat SLTA | 54,9% |
Tamat D1/D2/D3/PT | 64,1% |
Agar setara, kita bandingkan dengan yang berpendidikan SLTA dan Sarjana, proporsi cuci tangan dengan benar adalah antara 54,9% – 64,1%. Jadi dampak pandemi covid19 telah meningkatkan perilaku cuci tangan menjadi 80.2%, sungguh suatu peningkatan yang signifikan. Apa lagi bila dikaitkan dengan frekuensi cuci tangan, saat pandemi ini orang jauh lebih sering melakukan cuci tangan dibanding sebelumnya.
Perilaku membersihkan tangan sekarang jauh lebih baik, karena 6 dari 10 orang sering menggunakan hand sanitizer. Dampak perilaku membersihkan tangan tentu saja bukan hanya pencegahan terjadap covid19, tetapi juga mencegah penyakit lainnya seperti diare, kecacingan, dll.
Penggunaan Masker
Perilaku hidup sehat lainnya yang secara signifikan berubah adalah penggunaan masker, yang dulu praktis tidak pernah pakai, sekarang banyak sekali yang menggunakan, meski belum seluruhnya. Hasil survei BPS menunjukkan 8 dari 10 responden sering/selalu menggunakan masker ketika berada di luar rumah seperti gambar di bawah ini. Serupa dengan cuci tangan, dampak penggunaan masker bukan hanya untuk mencegah infeksi covid19, tetapi juga mencegah penyakit lain seperti beragam jenis influenza lainnya.

Gambar 2. Proporsi penggunaan masker, BPS, 2020
Di Rumah Saja
Penerapan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) telah membuat perubahan dinamika masyarakat. Survei BPS menunjukkan perubahan signifikan pada beragam tempat-tempat umum, seperti tampak pada gambar di bawah ini. Hampir semua tempat-tempat umum mengalami pengurangan aktivitas, kecuali aktivitas di rumah yang meningkat. Selain menurunkan kecepatan penularan covid19, tinggal di rumah membawa dampak besar pada masing-masing individu, baik yang negatif maupun positif. Bagi penduduk yang penghasilannya harian dengan tabungan yang terbatas, PSBB jelas sangat merugikan. Namun salah satu dampak positifnya antara lain adalah: istirahat yang cukup karena tidak perlu pulang-pergi ke tempat kerja, sehingga daya tahan tubuh menjadi lebih baik. Anak-anak yang belajar di rumah juga membawa dampak positif bagi perkembangannya, karena keluarga adalah tempat pendidikan karakter yang utama bagi anak.

Gambar 3. Perubahan dinamika masyarakat selama pemberlakukan PSBB, BPS 2020
Perilaku Memasak
Tinggal di rumah juga membawa perubahan lain, ibu rumah tangga lebih banyak memasak sendiri untuk keperluan makan sehari-hari, yang sebelumnya makan siang cenderung di kantor. Meskipun aktivitas di tempat belanja menurun, namun diimbangi dengan belanja secara daring yang meningkat sebanyak 46%.

Gambar 4. Peningkatan belanca daring dan jenis barang yang dibeli, BPS 2020
Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa kenaikan belanja daring tersebut ternyata 51% berupa belanja bahan makanan. Jadi memasak sendiri untuk keperluan makan ssehari-hari tampak meningkat. Dan ini secara teoritis akan meningkatkan variasi zat gizi yang dikonsumsi anggota keluarganya, artinya menu gizi seimbang akan lebih baik. Asupan gizi yang lebih baik akan meningkatkan daya tahan tubuh, yang dampaknya bukan hanya mencegah infeksi covid19, tetapi juga mencegah hampir sseluruh penyakit. Selama daya tahan tubuh bagus, virus dan bakteri tidak akn mampu menyebabkan timbulnya penyakit.
Polusi Menurun
Lock-down di luar negeri dan PSBB di dalam negeri jelas memperbaiki kondisi udara kita. Tingkat polusi secara significan menurun drastis, bahkan bisa dilihat secara nyata dengan mata kita. Gambar di bawah ini menunjukkan citra satelit daerah Wuhan dan sekitarnya sebelum dan selama diberlakukan lockdown. Tampak polusi udara yang sangat buruk berubah menjadi sangat baik. Sampai saat ini pandemi covid telah menjangkau 216 negara, yang berarti seluruh dunia sudah mengalaminya. Bila lock-down atau PSBB diberlakukan di seluruh negara, artinya ada perbaikan poulsi udara secara menyeluruh di seluruh penjuru dunia.

Gambar 5. Foto daerah Wuhan sebelum dan selama lock down
Sumber: https://inet.detik.com/fotoinet/d-4941946/foto–satelit–tingkat–polusi–sebelum–dan–sesudah–wabah-corona/6#7s8d6f87
Perbaikan polusi udara juga terjadi di segala penjuru dunia, seperti contoh yang diambil dari India, Los Angeles dan Jakarta seperti tergambar di bawah ini.

Gambar 6. Foto sebelum dan selama pandemi covid19 di beberapa tempat
Secara teoritis, polusi yang buruk akan berdampak buruk pada kesehatan masyarakat termasuk kematian, namun tampaknya masyarakat tidak merasakan dampaknya secara langsung. Namun pandemi covid19 yang bisa mengakibatkan kematian dalam waktu singkat, telah menyadarkan kita ada sesuatu yang salah. Allah memberi peringatan bahwa apa yang telah kita lakukan selama ini telah terlalu banyak mengexploitasi bumi, sehingga perlu koreksi. Bisakah kita instropeksi diri, salah satu caranya adalah dengan menerapkan adaptasi kebiasaan baru, yang akan melestarikan bumi dan tidak merusaknya. Inilah yang tersirat pada surat Al Araf ayat 56 (QS 7: 56)
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ – ٥٦
Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari pandemi covid19 yang berdampak luar biasa ini.
Jakarta, 19 Juli 2020
Trihono