Membiasakan Kebiasan Baru, “Menolak Bujukan Rokok”

Kisah viral seorang dokter muda dan nyentrik yang berjuang menyediakan berbagai kebutuhan tenaga medis terutama memenuhi kelangkaan APD (Alat Pelindung Diri) di tengah Pandemi Covid-19 mulai banyak diperbincangkan,
Sampai suatu ketika statusnya menjadi PDP (Pasien Dalam Pengawasan) lantaran mengalami kondisi demam, batuk dan nyeri saat menelan, pasca keliling ke delapan rumah sakit membagikan kebutuhan tenaga medis sampai ke zona merah sekalipun.
Rangkaian test dilakukan termasuk melakukan rapid test 1 dan 2 dan ketika akan melakukan test swab, radang tenggorokan sudah sembuh, lendir susah didapat, dan dokter sekaligus pengusaha sejak kuliah kedokteran ini, kondisnya membaik, kawatir positif Covid-19 malah didiagnosa “Bronkitis Kronis” akibat rokok.
Kemudian lewat akun instagram pribadi miliknya, sang dokter mengaku memang merokok, “Ya Saya akui Saya merokok,…Sebarkan postingan ini agar sekitarmu mengerti efek…Setelah ini saya membantu @kemenkes_ri kampanye stop merokok dan semoga kanker paru gak menghampiri Saya. Saya adalah bukti berjalan dan bukti yang masih hidup #stoprokok #edukasi” demikian tulisnya disertai foto rontgen kondisi paru-parunya kini.
Kisahnya bisa dibaca dalam tautan berikuthttps://www.instagram.com/p/B-Wj8ryhINL/?igshid=6j2hxsq71j0v
Pengguna Remaja Meningkat
Sejak digagas pertama kali oleh pada negara anggota World Healt Organization (WHO) pada tahun 1987, hingga kini, tanggal 31 Mei diperingati sebagai Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) sebagai salah satu upaya peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan.
Tembakau adalah tumbuhan yang mengandung nikotin. Nikotin adalah senyawa organik yang bersifat aditif. Tembakau yang terdapat dalam sebatang rokok dapat diserap oleh tubuh manusia hinga 2 mg banyaknya. Jumlah nikotin tersebut yang dasarnya memang bersifat aditif yang membuat para perokok memiliki ketergantungan untuk terus mengkonsumsinya.
Badan kesehatan dunia (WHO) meyatakan Setiap tahun, sekitar 225.700 orang di Indonesia meninggal akibat merokok atau penyakit lainnya yang berkaitan dengan tembakau. (www.who.int)
WHO juga menyatakan dari survei nasional yang diadakan, jumlah pengguna dewasa belum menunjukkan penurunan namun sebaliknya, pengguna remaja malah semakin meningkat. Perokok remaja yakni sekitar usia 10-19 tahun pada tahun 2013 sebagainya 7,2% meningkat menjadi 9,1% pada 2018.
Bujuk Rayu Pada Remaja
Peningkatan tersebut tak dapat dipungkiri merupakan peran dari berbagai bujukan yang ditawarkan pada remaja. Sehingga tema “Cegah Anak dan remaja Indonesia dari “BUJUKAN” rokok” mejadi tema utama yang digaungkan.
Harus diakui bujukan untuk merokok semakin terang dan nyata berhilir mudik dalam iklan ditelevisi maupun billboard jalanan yang terpampang besar. Entah dari Harganya, sampai merchandise yang sering ditawaran memang menarik, seringkali kegiatan remaja pun disponsori agar mudah membujuk dalam sasaran pastinya.
Kenyataan warung menjual pada remaja dengan harga satuan atau ketengan juga menjadi “surga” bagi remaja. Hingga tak heran tanpa uang jajan yang banyak mereka tetap dapat merokok.
Perilaku orang tua juga tak kalah luar biasa efeknya, pemakluman orangtua yang merokok bahkan menyuruh anak membeli rokok di warung menjadi kewajiban mengajarkan perilaku yang baik tidak menjadi tujuan utama lagi, anak adalah peniru ulung, mereka akan mencontoh nyata dengan sama persis adanya.
Tolak Bujukan Rokok
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengadakan HARI TANPA TEMBAKAU SEDUNIA 2020 CHALLENGE berupa lomba foto dengan membentangkan tulisan yang menunjukan pesan kreatif menolak bujukan rokok, berikut tata cara mengikuti tantangan tersebut:
- Foto dengan selembar kertas tentang tema HTTS 2020: Cegah Anak dan Remaja Indonesia dari “BUJUKAN” Rokok. Silahkan membuat pesan kreatif sesuai tema yang bertujuan mencegah anak dan remaja Indonesia dari “BUJUKAN” rokok.
- Upload foto di Instagram, mention dan follow @dit.promkes dan @kemenkes_ri .
- Gunakan tagar #TolakBujukanRokok, #HTTS2020, dan #perokokrentancovid19 pada teks/ caption.
- Mention teman Instagram sebanyak-banyaknya .
- Foto terbaik dengan like terbanyak akan mendapatkan pulsa senilai Rp 500.000 dan 10 (sepuluh) Foto terbaik lainnya akan mendapatkan pulsa senilai 100.000 dari Dit. Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat kementrian Kesehatan RI.
- Kirimkan foto pada tanggal 27 Mei-2 Juni 2020 .
- Foto terbaik akan diumumkan pada tanggal 4 Juni 2020 dan pemenang akan dihubungi melalui Instagram.
- Keputusan panitia tidak dapat diganggu gugat.
Berani Katakan Tidak
Dalam pergaulan remaja teman adalah salah satu lingkaran yang paling nyaman. Namun seringkali lingkungan pertemanan membawa seseorang berperilaku negatif sehingga sebagai remaja perlu memiliki sikap asertif. Asertif adalah kemampuan diri sendiri untuk menyatakan pendapat dengan tegas dan jelas tanpa menyakiti perasaan orang lain.
Berani katakan tidak adalah salah satu sikap asertif. Sikap saat kita berani mengatakan tidak saat diajak teman untuk merokok. Sikap pertemanan yang baik adalah dua arah bukan satu arah seperti ketika teman memaksakan kehendak terlebih negatif.
Ayok ramaikan tagar #TolakBujukanRokok, upload fotomu dan tautankan ke akun instagram teman sebanyak-banyaknya. Meski di rumah aja, tetap dapat berguna bagi bangsa dan negara, dengan cara mudah dari gawaimu dan dapatkan hadiah uang tunainya. Info lebh lanjut bisa kepoin akun @dit.promkes https://instagram.com/dit.promkes?igshid=3lct7lmrihg3
Tunjukkan dirimu kalau kamu bagian dari remaja yang berani berkata tidak untuk rokok lewat postigan mu ya, cara asyik yang bikin temanmu ogah nawarin kamu rokok lagi. Semangat!
Dasuciana