Puasa Ramadhan Bagi Kesehatan Psikis dan Fisik di Tengah Pandemi Covid-19

Mengurangi aktivitas sebagai upaya menghindari terjangkit virus Covid-19 tentu ada dampaknya. Terlebih bagi kesehatan mental, yang sering kali tidak terlihat gejala secara fisik. Dilansir dari laman website resmi milik PDSKJI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia) http://www.pdskji.org
Sebanyak 63,4% responden menyatakan memiiki masalah psikologis cemas atau depresi terkait epidemic di Indonesia. Responden yang tersebar di DKI Jakarta, Jawab Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogya, Aceh, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan mengaku mengalami gejala cemas dan depresi.
Gejala Utama Cemas dan Depersi yang umumnya responden rasakan adalah
- Merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi
- Ganguan tidur
- Khawatir berlebihan
- Kurang percaya diri
- Mudah marah atau jengkel
- Lelah tidak bertenaga
- Kehilangan minat
- Sulit relaks
Sementara itu PDKSJI juga menjaring responden terkait Trauma Psikologis terkait Covid-19 dan hasilnya 80% memiiki gejala strees paska trauma psikologi karena mengalami atau menyaksikan peristiwa tidak menyenangkan terkait Covid-19.
Gejala stres paska trauma yang menonjol diantaranya:
- Merasa berjarak dan terpisah dari orang lain
- Merasa terus selalu waspada, berjaga-jaga dan berhati-hati
Sebenarnya cemas merupakan reaksi wajar yang disebabkan oleh suatu keadaan yang tidak diharapkan yang diasuksikan dapat menimbulkan bahaya.
Seperti yang diungkapkan dr Laharga Kambaren, SpKJ yang merupakan seorang Psikiater yang bertugas sebagai Kepala Rehabilitasi Psikososial di Rumah Sakit dr HMarzoeki Mahdi, Bogor Jawa Barat. Bahwa Virus Corona memang menular tetapi kecemasan menular lebih cepat.
“Kita semua cemas dan takut menghadapi virus corona ini. Tapi takut dan cemas berlebihan akan menyebabkan kondisi mental kita terganggung,” demikian dr Laharga menjelaskan.
“Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik” tegas dr Laharga
Puasa dan Kesehatan
Sudah banyak fakta penelitian yang menyatakan bahwa puasa berdampak baik bagi kesehatan. Salah satunya yang diungkap dr Zaidul Akbar “Semakin kita tidak banyak makan (puasa), maka proses ini akan terjadi dalam tubuh kita, proses apa? Proses tubuh akan memakan sel yang rusak, namanya Autofagi,”
Puasa juga dapat meningkatkan imunitas tubuh dikarenakan sel-sel organ tubuh melakukan regenerasi dengan baik, fungsi sel-sel getah bening meningkat 10 kali, rasa lapar membuat tubuh mampu memproduksi sel darah putih baru yang ampuh melawan infeksi, serta tentunya puasa mampu menginduksi protein pengatur perbaikan DNA dan sistem kekebalan tubuh.
Secara psikis, sebuah layanan masyarakat yang bergerak pada pelayanan konsultasi psikolog di Jogyakarta mengungkap bahwa Puasa sangat bermanfaat bagi kondisi psikologis.
Berikut manfaat puasa bagi kondisi psikologis yang diinformasikan Biro Psikologis Dinamis, Yogyakarta (@biropsikologidinamis)
- Mengurangi gejala depresi, kecemasan, serta mengurangi risiko demensia.
- Membantu mengurangi perilaku adiksi atau kecanduan
- Mengurangi perilaku agresif
- Meningkatkan hormon endorphin yaitu hormon kebahagiaan
- Melatih agar lebih mampu mengontrol diri
Pelaksanaan Puasa pada Bulan Ramadhan 1441 H yang bertepatan dengan Pandemi Covid-19 tahun 2020, menjadi salah satu solusi, untuk tetap menyehatkan fisik dan psikis dengan berpuasa.
Dasuciana