Menyimak Perkembangan Penderita Covid 19 di Jawa

Covid 19 telah mengejutkan dunia, suatu wabah penyakit yang penyebarannya sangat luas dan cepat. Dimulai dari Kota Wuhan di Tiongkok, dalam waktu sekejap sudah menyebar ke seluruh dunia, sehingga WHO menetapkan sebagai pandemi.
Cara penularan covid 19 sudah diketahui yaitu terutama melalui drop-let dari batuk atau bersin penderita. Drop-let tersebut bisa mengenai berbagai benda, yang secara tidak sadar tangan kita menyetuhnya, lalu kita menggunakan tangan itu untuk mengusap mata, hidung dan mulut. Dari sinilah sebagian besar penularan terjadi. Oleh karena itu salah satu cara untuk mencegah penularan adalah sering cuci tangan pakai sabun dan air mengalir. Dengan air sabun selama 20 detik, virus ini mati. Cara lain adalah menjaga jarak lebih sari 1 meter, sehingga kalau ada penderita batuk atau bersin, kita tidak terkena. Apalagi kalau yang bersangkutan menggunakan masker, drop-let akan terbatas sebarannya.
Kali ini saya akan mengajak pembaca mencermati perkembangan penanggulangan covid 19 di Indonesia, yang setiap hari dilaporkan oleh Satgat Covid 19, khususnya melalui jubirnya: Bapak Achmad Yurianto. Saya ingin tampilkan perkembangan penderita positif covid 19 khusus 6 provinsi di pulau Jawa, yang grafiknya dapat dilihat sebagai di bawah ini.

Gambar 1. Perkembangan jumlah penderita covid16 di wilayah Jawa
Sumber: covid19.go.id, 30 Maret 2020
Gambar di atas menunjukkan bahwa Provinsi DKI Jakarta yang paling tinggi, sehingga sering disebut sebagai epicentrum. Namun data ini belum menggambarkan yang sebenarnya, karena berbagai hal yang harus dianalisis lebih lanjut. Beberapa hal yang harus perlu kajian adalah:
- Kemungkinan ada beberapa orang yang meninggal namun tidak sempat diambil spesimennya, tidak dilakukan pemeriksaan di laboratorium Balitbangkes, sehingga tidak tercatat sebagai penderita covid 19.
- Pada tahap awal pemeriksaan laboratorium yang memastikan penderita positif covid 19 di Laboratorium Badan Litbang Kesehatan yang tempatnya di Jakarta, sehingga daerah yang dekat akan lebih cepat aksesnya.
- Pintu masuk pemeriksaan laboratorium pada umumnya adalah RS, lagi-lagi Jakarta sangat banyak RS, sementara penduduknya punya kesadaran yang relatif lebih baik, sehingga yang bergejala lebih cepat ke RS dan menjadi subyek pemeriksaan lab.
Data diatas juga menunjukkan daerah tentangga DKI Jakarta (Banten dan Jawa Barat) cenderung lebih tinggi dari daerah lainnya yang tidak berbatasan langsung. Wajar karena Jabodetabek secara kehidupan bermasyarakat sudah menjadi satu kesatuan tersendiri.
Setelah dilakukan social distancing selama 2 minggu, laju perekonomian menjadi surut, banyak warga jabodetabek yang mudik ke kampung halamannya. Ada risiko terjadi penularan covid 19 melalui gelombang pekerja yang mudik. Akankah ini berpengaruh pada peningkatan penderita covid19 di daerah? Mari kita simak perkembangannya dalam beberapa hari ke depan.