Kemungkinan Rujukan Berlebih Pada Covid-19

Oleh, dr IBG Dharma Putra, MKM.
Secara umum, pengkatagorian manusia dalam kondisi saat ini, yang mudah dipahami oleh masyarakat, tentunya terdiri dari dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat yang tidak pernah berkunjung ke area atau wilayah tertular dan masyarakat yang pernah berkunjung ke area atau wilayah tertular.
Masyarakat yang tak pernah berkunjung ke wilayah tertular, terdiri dari orang orang yang sehat atau berpenyakit lain yang bukan penyakit karena virus corona. Dalam upaya pemutusan rantai penularan penyakit, masyarakat yang terkatagorikan pada katagori ini, hanya diwajibkan untuk melakukan sosial distancing.
Sedangkan orang orang dalam masyarakat yang pernah berkunjung ke wilayah terjangkit, bisa dipolarisasikan dalam berbagai macam katagori, antara lain orang yang berisiko jika tak nenunjukan gejala demam, orang dalam pemantauan jika sudah menunjukkan gejala demam serta batuk pilek, pasien dalam pengawasan jika sudah menunjukan sesak nafas karena pneumonia, dan orang yang terkonfirmasi jika hasil laboratoriumnya positif.
Bagi orang berisiko dianjurkan untuk melakukan self monitoring, bagi orang dalam pemantauan dianjurkan untuk self isolation dan baru dianjurkan di rujuk jika terkatagorikan dalam pasien dalam pengawasan.
Masalah penentu dalam penentuan rujukannya adalah adanya sesak nafas karena pneumonianya. Dan ini pula yang akan menimbulkan masalah terjadinya rujukan berlebihan dan akan berujung pada kepanikan masyarakat.
Rujukan harus seteliti mungkin, sementara di lapangan penjaringan kasus selayaknya sebanyak banyaknya sehingga tak ada yang tertinggal. Untuk penemuan kasus, kita harus mengandalkan semua petugas puskesmas sehingga dipakai metode klasifikasi kasus, sedangkan diagnosa harus sangat tepat sehingga benar benar harus menerapkan kaidah diagnostik yang sebenar benarnya oleh para dokter spesialis paru.
Tidak ada yang salah, dan tidak diperlukan kriteria baru, untuk mengatasi hal tersebut, karena kesepakatan WHO sudah ditetapkan dan amat sangat jelas, bahwa yang terklasifikasikan pneumonia cukup berpedoman pada adanya nafas cepat dan tarikan dada bagian bawah sedangkan terdiagnosa pneumonia jika ditemukan trias pneumonia, yang terdiri dari adanya pernafasan cuping hidung, adanya bunyi nafas seperti bunyi nafas kucing dan adanya warna kebiruan disekitar bibir.
Petugas di lapangan sudah terBUDAYAkan mengunakan klasifikasi pneumonia dan dalam waktu singkat dikenalkan dengan trias pneumonia, sehingga diperlukan seorang penghubung jurang kebiasaan, di rumah sakit kabupaten dan penafisan kuat di rumah sakit rujukan.
Pehubung jurang komunikasi atau kebiasaan ini, berfungsi untuk membiarkan kebiasaan survailan pneumonia sesuai kaidah klasifikasi karena akan bisa dilakukan oleh petugas lapangan dan bisa menemukan lebih banyak kasus tapi melakukan penafisan setelahnya sehingga memenuhi trias pneumonia sebelum di rujuk ke rumah sakit rujukan.
Kebiasaan melakukan klasifikasi, tak boleh dihilangkan karena merupakan kebutuhan jangka panjang di lapangan. Klasifikasi sangat menolong dikala terjadi kelangkaan dokter umum maupun dokter spesialis paru
Penghubung jurang kebiasaan tersebut, tentunya akan sangat ideal jika berprofesi sebagai dokter spesialis paru tapi dalam banyak tempat hal tersebut akan tidak diperoleh karena keterbatasan jumlah dokter spesialis paru. Dalam kondisi tersebut kesempatan observasi harus diberikan, sebelum diputskan untuk dirujuk dan diperlukan kehati jatian ekstra dan penafisan bagi rujukan kabupaten yang tak memiliki dokter spesialis paru.
Itulah salah satu masalah saat ini, disamping masalah mendasar dalam penemuan kasus, penegakan diagnosa dan upaya pemulihannya.
Upaya mendasar yang perlu segera dilakukan adalah meningkatkan sinergitas antar institusi, antar profesi dan antar manusia yang ingin secara tulus berperan. Tidak boleh ada lagi penomena kebandelan birokratis, seolah menolak untuk diberi masukan. Sinergitas ini ditujukan untuk melaksanakan sosialisasi masif pada masyarakat dan bahkan secara khusus kepada petugas kesehatan di semua lini, asistensi teknis sesuai ketentuan dan promosi essential.
Dengan begitu orang sehat akan dijaga tetap sehat, orang berisiko tak menjadi sakit, orang sakit bisa pulih secepatnya dan yang sudah pulih tidak kembali sakit.