“Ayo Jadi Milenial Sadar Gizi “

Generasi Milenial jangan hanya melek digital, karena memang sudah seharusnya demikian, tapi juga harus melek gizi alias paham apa yang terbaik untuk dirinya termasuk dalam urusan makan dan minum. Dalam rangka memperingati Hari Gizi Nasional pada 25 Januari, berikut cerita milenial tentang kesadaran gizi kepada Kanal Kesehatan.
Cerita Awal Mula Ada Hari Gizi
Gizi adalah sesuatu yang sering dikaitkan dengan kesehatan, dengan gizi yang baik maka kesehatan terjaga, demikian cerita singkatnya. Namun sebelum kita bahas lebih lanjut tentang Kementerian Kesehatan Republik Indonesia memberi perhatian khusus pada generasi milenial, kita bakal cari tahu keadaan Indonesia zaman dulu sebelum dunia makin keren dan serba digital seperti sekarang ini.
Pasca kemerdekaan, perekonomian Indonesia tentunya belum stabil, lalu hal itu berefek pula pada kondisi ketersediaan dan kepedulian tentang keseimbangan gizi. Maka dari itu, pemerintahan pada masa itu, membentuk lembaga penelitian kesehatan yang fokus mengatasi segala permasalahan tentang gizi masyarakat Indonesia kala itu yang diketuai oleh Profesor Poerwo. Lembaga itu Lembaga Makanan Rakyat (LMR) bernama Instituut Voor Volksvoeding (IVV) yang kemudian banyak menerbitkan sejumlah buku seputar makanan bergizi. Salah satunya yang berjudul “Pedoman Roemah Tangga: Makanan Jang Moerah Tetapi Baik ”
Lembaga tersebut berupaya menyebar luaskan ilmu tentang gizi dengan memperiapkan kader-kader gizi serta mendirikan sebuah sekolah khusus Juru Penerang Makanan tepat pada tanggal 25 Januar 1951. Itulah awal mulanya, mengapa kemudian, tanggal 25 Januari ditetapkan sebagai Hari Gizi Nasional.
Perhatian Khusus Bagi Generasi Milenial
Menurut data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2013-2018, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyimpulkan bahwa Indonesia kini tangah mempunyai masalah triple burden di mana stunting dan wasting angkanya masih tinggi, obesitas dan kekurangan zat gizi mikro seperti anemia juga tak kalah tingginya.
Hal tersebut menjadi ancaman besar bagi generasi penerus bangsa, yang nyata menurunkan kualitas sumber daya manusia.
Sebagai gambaran, terdapat 3 diantara 10 Balita yang berkondisi stunting, 1 diantara 10 Balita wasting serta 1 diantara 10 Balita mengalami obesitas, dan 1 diantara 2ibu hamil anemia serta 3 diantara 10 remaja anemia.
Gizi Optimal untuk Generasi Milenial
Kebanyakan generasi milenial di seluruh dunia memiliki kebiasaan untuk melakukan semua dengan cepat, termasuk memilih makanan, alih-alih supaya cepat, pilihan makanan yang disantap menjadi tidak terpenuhi nilai gizinya, karena tidak suka memasak dan cenderung memesan makanan dengan menu yang sama setiap hari.
Berbeda dengan Kintan Permatasari (22) Mahasiswa Universitas Soedirman, Purwokerto yang sangat menyadari kebutuhan gizi untuk mendukung aktivitasnya, “Meski kayaknya kalo di kos kurang terpenuhi, tapi selalu berusaha dalam satu piring ada sayur, tahu, dan tempe” ujar dara yang akrab disapa Kiki ini menjelaskan, dengan demikian rumus kecukupan “Isi Piringku”dapat terpenuhi meski sedang jauh dari orang tua sebagai kesadaran akan kebutuhan gizinya, jadi anak kos tidak indentik dengan kekurangan gizi karena pilihan makanannya yang kurang lengkap.
Generasi milenial lainnya yang punya cara bagus yang dan tanpa disadarinya mendukung pemerintah menyediakan makanan bergizi bagi sebayanya adalah Aldi Aditya Putra (23) yang membuka sebuah kafe bersama saudara kembarnya sejak Juli 2019, tak sekadar menjual kopi, tapi juga makanan berkecukupan gizi guna mencukupi keinginan konsumennya,
Bagi Aldi konsumen @alles.coffee kebanyakan memang anak milenial muda dan juga milenial yang sudah berkeluarga, hingga sangat penting bagi Aldi untuk menyajikan menu sehat, “Masyarakat mulai menyadari untuk memulai pola hidup yang sehat dengan mengawali makanan-makanan yang sehat alami tanpa pengawet dan msg,” ujar Sarjana Sastra ini meyakinkan.
Bahkan untuk menepis anggapan masyarat tentang sebutan generasi milenial juga merupakan generasi micin, Aldi yang melihat fenomena itu sebagai candaan belaka tanpa logika, justeru ia menunjukkan bahwa gak selamanya generasi milenial itu doyan micin yang disinyalir menjadi penyebab kebodohan, dengan menyajikan makanan dan minuman sehat di kafenya, “Untuk melawan stereotip tentang micin dan tetap kekinian, produk makanan seperti bakmi memiliki warna yang unik, seperti bahan utama dalam pembuatan bakmi menggunakan sayur-sayuran dan tanpa menggunakan msg untuk perasanya,” ujar Aldi membuka rahasia.
Jadi sebagai anak milenial yang membuka usaha kuliner, tidak semata-mata mencari keuntungan belaka, menyajikan makanan sehat juga menjadi keharusan untuk kelangsungan generasi yang akan datang.
Agar lebih banyak masyarakat yang menyadari hal tersebut, Panitia Peringatan Hari Gizi ke-60 Tahun 2020 menyelenggarakan berbagai lomba yang akrab dengan milenial, diantaranya Lomba Fotografi Kesehatan, Lomba Dance Jingle Gizi Seimbang, Lomba Infografis, dan Talkshow. Ramaikan tanda pagar #milenialsadargizi #hgn60
Ingat milenial yang sadar gizi gak akan salah pilih makanan. Selamat Hari Gizi, Indonesia!
Dasuciana