Program Percepatan HIV dan AIDS, “Temukan, Obati dan Pertahankan Pengobatan”

Program Percepatan HIV dan AIDS, “Temukan, Obati dan Pertahankan Pengobatan”
Senin (9/12) Atiqah Hasiholan di lantik United Nations Programme on HIV and AIDS (UNAIDS) sebagai UNAIDS National Goodwill Ambassador yang fokus pada peningkatan kesadaran terhadap isu HIV bagi perempuan dan anak. Bertepatan dengan itu, Atiqah melucurkan film pendek yang disutradarainya bertajuk “Positif” sebagai salah satu upaya penyebaran infomasi tentang HIV dan AIDS. Film berdurasi 15 menit 14 detik tersebut dapat ditonton di kanal Youtube UNAIDS Indonesia.
Nyatanya memang pengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Aqured Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) terus bertambah. Menurut data Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI pada Jumlah Kumulatif Kasus HIV hingga Maret 2019 mencapai 338.363 kasus.
Mungkin bagi Anda yang tidak bersentuhan dengan HIV dan AIDS angka tersebut tidak berarti apa-apa, tapi jumlah tersebut sangat mengkhawatirkan, mengingat penyebaran HIV dan AIDS di Indonesia yang terus berkembang.
Sejak itu berbagai upaya dilakukan, baik oleh pemerintah, maupun Lembaga Sosial Masyarakat (LSM) yang berlomba menyebarkan informasi sekaligus menangani beragam kasusnya. Seminar dan juga pelatihan berkaitan dengan penanggulangan HIV dan AIDS menjamur hingga kini, namun upaya masih terus berkejaran dengan fakta, bahwasanya pengidap infeksi ini tidak berkurang dengan signifikan.
Penularan Virus HIV
Dalam rangka peringatan Hari AIDS Sedunia yang diperingati setiap tanggal 1 Desember, masyarakat seperti diajak kembali peduli dengan kehadiran HIV dan AIDS termasuk terhadap para pengidapnya yang disapa ODHIV (Orang Dengan HIV).
Pahamilah bahwa HIV adalah virus yang dapat membawa seseorang yang telah terinfeksi pada kondisi AIDS (apabila tidak diobati dengan ARV) Sehingga orang yang sudah terinfeksi HIV belum tentu AIDS namun jika sudah didiagnosa AIDS sudah tentu mengidap HIV. Pengidap HIV bahkan dapat hidup dengan virus itu dalam jangka waktu yang lama (sama dengan orang tanpa HIV) dengan menjaga kestabilan kesehatannya dengan rutin melakukan pengobatan antiretroviral (ARV).
Isu stigma yang selalu digaungkan, agar dapat menerima ODHIV di tengah masyarakat tak ringan juga disebarluaskan. Ketidaktahuan masyarakat tentang penularan HIV (karena AIDS tidak menular) membuat ODHIV dikucilkan, tidak diberi ruang bahkan, tak dianggap ada.
Sehingga setiap tahun peningkatan kesadaran masyarakat luas untuk mengenal HIV dan AIDS tak pernah surut disampaikan. Bagaimana HIV bisa menular?
- Hubungan Seks Tidak Aman Ini adalah cara paling berisiko menularkan virus HIV. Virus akar menular dengan cara hubungan seksual tidak aman dengan pasangan yang sudah terbukti positif terinfeksi HIV dan viral loadnya tinggi. Meski pada kondisi tertentu, sepserti saat pemeriksaan Viral Load nya tidak terdekteksi, tidak lagi menularkan virus pada pasangan dengan terapi rutin (ARV), pil yang menjadi penekanan penyebaran Virus HIV (pengalaman Endang Jamaludin, ODHIV)
- Jarum Suntik Mengapa pengguna Narkoba yang menggunakan media suntikan rentan terkena virus HIV? Karena jarum suntik dapat terkontaminasi dengan darah yang sudah terinfeksi virus HIV jika digunakan bergantian atau menggunakan jarum suntik bekas ODHIV.
- Transfusi Darah Jangan takut dulu untuk mendonorkan darah Anda karena ini. Tranfusi darah memang berisiko, karena ada pertukaran darah sebagai media virus HIV menular, namun seiring kemajuan teknologi, kemungkinan ini dapat diperkecil karena sudah melewati uji kelayakan yang sangat ketat.
- Melahirkan dan MenyusuiSeorang ibu yang sudah terinfeksi HIV proses kelahiran atau menyusui sangat berisiko untuk menularkan HIV kepada bayinya , apabila viral loadnya masih tinggi. Sehingga UNAIDS bersama pemerintah sangat fokus untuk menangani kasus ini agar dapat melakukan pemeriksaan dan pengobatan HIV secara intensif untuk menurunkan risiko penularan HIV pada bayi yang disebut sebagai program PTMTC (Prevention of Mother To Child HIV transmission ) atau PPIA (Pencegahan Penularan Pada Ibu ke Anak)
Sehingga, jika tidak melakukan hal di atas dan hanya bersalaman atau sekadar berbincang dengan ODHIV, tentu tidak menjadikan Anda tertular Virus HIV. Hal mendasar ini menjadi tema peringatan hari AIDS sedunia Tahun 2019 dengan jargon “Communities Makes the Different” yang kemudian diadaptasi secara nasional menjadi “Bersama Masyarakat Meraih Sukses”
Jika ODHIV dapat diterima dan berbaur dengan masyarakat, informasi yang didapat masyarakat mejadi lebih akurat, mengingat ODHIV sendiri yang menceritakan pengalamannya secara langsung, dampaknya tentu menjadi lebih baik bagi peningkatan kesadaran masyarakat. Saat berinteraksi masyarakat yang sudah paham informasi HIV dan AIDS, sikap masyarakat tentu akan lebih bijak dan tidak memberi stigma negatif.
Endang, ODHIV yang Menginspirasi
Coba ikuti akun Instagram @dankjoedien1989 banyak informasi seputar ODHIV yang akan Ia sampaikan. Endang Jamaludin begitu nama asli si pemilik akun. Dalam keterangan di bio instagramnya, Endang tak segan menulis “I am HIV Positive” baginya menjadi ODHIV bukan menjadi halangan dirinya terus beraktivitas. Terutama untuk berjuang bagi rekan ODHIV lainnya agar tidak mendapat dikriminasi saat bersosialisasi.
Seringkali Endang selebrasi pada setiap kali mencapai garis finish dengan membentangkan kain bertuliskan pesan untuk tidak mendiskriminasikan ODHIV. Endang memang berjuang dengan berlari, baginya dengan bergabung dalam komunitas berlari membuatnya menjadi terpacu untuk menjaga kondisi kesehatannya.

Bersama komunitas pelari @odhiv.runners
Kepada Kanal Kesehatan, Endang menyampaikan, “Saya merasakan setelah bergabung dengan komunitas lari adalah bahagia, karena saya merasa lebih sehat bersama orang-orang yang mau menjaga pola hidup dengan baik dan benar, karena lari merupakan bentuk rasa syukur kepada Sang Pencipta,” ungkap Endang yang November menjadi salah satu yang dapat mencapai garis finish di Borobudur Marathon dan tergabung dalam beberapa komunitas lari, salah satunya @odhiv.runners
Sehingga upaya untuk percepatan penanggulangan masalah ini melalui program 90-90-90 ditahun 2030 dapat terwujud dengan tiga point penting, yakni Temukan ODHIV seawal mungkin, Obati ODHIV dengan ARV dan Pertahankan Pengobatannya.
Dasuciana