Waspada Hipertensi: Silent Killer?

Hipertensi merupakan masalah global karena prevalensi yang terus meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup. Hipertensi adalah kondisi yang kompleks dimana tekanan darah secara menetap berada di atas normal.
Hipertensi membutuhkan perhatian karena dapat berpengaruh terhadap kualitas hidup serta dapat menimbulkan kematian baik dinegara maju maupun di negara berkembang. Di dunia, hipertensi menjadi beban finansial yang cukup besar baik bagi masyarakat maupun negara. Dampak dari hipertensi dan risikonya selain berpengaruh pada ketahanan hidup manusia dan penurunan produktivitas kerja juga menambah beban biaya pelayanan kesehatan.
Gaya hidup modern kini banyak diadopsi oleh orang yang melupakan kesehatan karena kesuksesan, kerja keras karena situasi yang penuh tekanan, stres yang berkepanjangan, dan kurang olahraga. Celakanya untuk mengatasi stres, banyak orang dengan cara merokok, meminum minuman beralkohol, selain itu juga mengkonsumsi makanan yang diawetkan dengan kadar garam yang tingi serta bumbu penyedap dalam jumlah berlebih merupakan penyebab dari hipertensi.
Kriteria hipertensi yang digunakan pada penetapan kasus merujuk pada kriteria diagnosis JNC VII 2003, yaitu hasil pengukuran tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg (Riskesdas 2013). Sedangkan menurut World Health Organization (WHO), hipertensi memberikan kontribusi untuk hampir 9,4 juta kematian akibat penyakit kardiovaskuler setiap tahun. Hal ini juga meningkatkan risiko penyakit jantung koroner sebesar 12% dan meningkatkan risiko stroke sebesar 24% (WHO, 2012).
Data Global Status Report on Noncommunicable Diseases 2010 dari WHO, menyebutkan negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi sebanyak 40%, sedangkan negara maju hanya 35%. Kawasan Asia Tenggara, terdapat 36% orang dewasa yang menderita hipertensi dan telah membunuh 1,5 juta orang setiap tahunnya. Jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat tajam, diprediksikan pada tahun 2025 sekitar 29% atau sekitar 1,6 miliar orang dewasa di seluruh dunia menderita hipertensi (Kemenkes, 2013).
Hipertensi sering tidak menimbulkan gejala sehingga disebut sebagai silent killer, sementara tekanan darah yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala (kontrol tekanan darah).
Prevalensi penyakit hipertensi juga meningkat. Berdasarkan pengukuran pada penduduk usia >18 tahun menunjukkan peningkatan yang signifikan, dari 25,8% pada tahun 2013 menjadi 34,1% dengan sebaran antar provinsi seperti tampak pada gambar berikut. Hipertensi akan memicu penyakit tidak menular lainnya seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes mellitus (DM).
Gambar
Prevalensi hipertensi berdasaarkan pengukuran pada usia >18 tahun
menurut provinsi, 2007 – 2013 – 2018
Sumber: Riskesdas 2007, 2013, 2018
Penderita hipertensi usia > 18 tahun sebanyak 34,1% atau lebih dari 58 juta orang, maka harus ada tindakan kongkrit yang dilakukan secara serentak oleh bangsa ini. Mengendalikan PTM (penyakit tidak menlar) khususnya hipertensi memang tidak mudah karena berkaitan dengan gaya hidup dan perilaku individu/ masyarakat. Untuk itu, diperlukan strategi kampanye yang jitu dan program intervensi yang terpadu.
Deteksi dini harus dilakukan dengan pro-aktif menjangkau sasaran melalui berbagai bentuk UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) misalnya Posbindu PTM, Posyandu Lansia, atau Posyandu Integrasi. Cara lain adalah melakukan gebrakan kegiatan secara periodik misalnya melakukan pemeriksaan kesehatan gratis maupun berbayar seusai sholat Jum’at di Masjid, sekolah Minggu di Gereja saat acara gathering perusahaan, kantor atau di kampus, atau pada acara Care Free Day yang koni makin banyak diselenggarakan di berbagai kota di Indonesia. Orang yang mempunyai tekanan darah tinggi kemudian diberi surat rujukan ke Puskesmas atau fasilitas kesehatan pertama atau rujukan ke RS terdekat guna pemeriksaan lebih lanjut.
Pencegahan harus dilakukan dengan cara mengendalikan faktor risiko PTM seperti merokok, kurang aktifitas fisik, diet yang seimbang. Ini tidak mudah, perlu keterlibatan semua sektor terkait termasuk organisasi kemasyarakatan dan dunia usaha/swasta serta yang utamanya adalah masyarakat itu sendiri. Kini banyak alat deteksi hipertensi dengan harga relatif murah dan dapat dilakukan oleh semua orang dalam keluarga Indonesia.
Ayo jadilah manusia CERDIK alias Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin berolahraga, Diet seimbang, Istirahat cukup. dan Kendalikan stress. Salam sehat (Kodrat Pramudho)
Kodrat Pramudho