Peringkat PISPK pada bulan Juni 2018

Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluaga (PISPK) terus melaju, ditandai dengn semakin banyak keluarga yang dikunjungi dan diberi penyuluhan awal tentang kesehatan mereka. Sampai tanggal 23 Juni 2018, sudah hampir 13 juta keluarga yang dikunjungi dan tercatat datanya pada aplikasi keluarga sehat. Ini berarti cakupan PISPK telah mencapai >19% dari seluruh jumlah keluarga di Indonesia. Meskipun demikian disayangkan masih ada kabupaten/kota yang cakupan kunjungan keluarga masih sangat sedikit, bahkan ada 18 kab/kota yang datanya masih kosong pada aplikasi keluarga sehat. Perkembangan jumlah dan cakupan kunjungan keluarga dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Perkembangan jumlah dan cakupan keluarga yang dikunjungi
Peringkat provinsi
Jumlah keluarga yang dikunjungi menurut provinsi dapat dilihat pada gambar berikut. Wajar bila peringkat atas diduduki oleh provinsi dengan jumlah penduduk yang banyak seperti Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.

Gambar 1. Jumlah kunjungan keluarga menurut provinsi, Juni 2018
Namun kalau dilihat dari sisi ccakupan kunjungan keluarga, peringkatnya adalah sebagai berikut.

Gambar 2. Cakupan kunjungan keluarga menurut provinsi, Juni 2018
Apresiasi layak diberikan kepada Provinsi Sulawesi Barat yang kini menduduki peringkat pertama, disusul Provinsi Riau, Provinsi Bangka Belitung dan Provinsi Sumatera Barat. Khusus untuk DKI Jakarta, terlihat masih rendah karena DKI Jakarta menerapkan pendekatan keluarga dengan 22 indikator (bukan hanya 12 indikator) melalui program KPLDH (Ketuk Pintu Layani Dengan Hati) yang belum terkoneksi dengan aplikasi keluarga sehat. Sebenarnya cakupan kunjungan keluarga Provinsi DKI Jakarta sudah lebih tinggi dari yang tertera pada aplikasi keluarga sehat. Perhatian khusus perlu ditujukan kepada provinsi yang masih rendah cakupannya yaitu Provinsi Papua, NTT, Papua Barat dan Maluku.
Dari data kunjungan keluarga dapat dilihat besarnya IKS (Indeks Keluarga Sehat) yang peringkatnya dapat dilihat pada gambar berikut. IKS Nasional adalah 0,161 artinya baru 16,1% keluarga yang tergolong sehat atas dasar 12 indikator keluarga sehat. Peringkat pertama diduduki oleh Provinsi DKI Jakarta, disusul Bali, Daerah istimewa Yogyakarta, Kalimantan Timur dan Aceh. Peringkat terbawah diduduki Provinsi Maluku, Jambi dan Sumatera Utara. Namun nilai IKS belum stabil, terutama bagi daerah yang cakupannya masih rendah, oleh karena itu peringkat IKS masih bisa berubah. Peringkat akan stabil bila cakupan di tiap provinsi relatif sudah banyak.

Gambar 3. Peringkat provinsi berdasarkan IKS (Index Keluarga Sehat), Juni 2018
Sementara itu capaian 12 indikator keluarga sehat secara nasional dapat dilihat pada gambar berikut. Lima besar masalah dari 12 indikator keluarga sehat tersebut adalah orang dengan gangguan jiwa berat, penyakit hipertensi, penyakit tuberkulosis paru, keluarga berencana dan perilaku merokok.

Gambar 4. Capaian 12 indikator Keluarga Sehat tingkat nasional, Juni 2018
Untuk indikator yang berhubungan dengan penyakit yaitu ODGJ (orang dengan gangguan jiwa) berat, hipertensi dan tuberkulosis, pada tahap awal ini wajar bila masih rendah cakupannya, karena Puskesmas yang pro aktif melakukan kunjungan keluarga akan menemukan kasus baru yang belum berobat teratur.
Intervensi untuk UKM harus segera ditingkatkan
Dilihat dari sisi cakupan kunjungan keluarga secara nasional memang baru mencapai hampir 20%, namun bila dirinci per kab/kota, variasi sangat lebar: ada yang sudah 100% tetapi masih banyak yang <1%. Jumlah dan persentasi kab/kota berdasarkan cakupan kunjungan keluarga dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Jumlah dan persentase kab/kota menurut cakupan kunjungan keluarga, Juni 2018
Berdasarkan pengamatan selama ini, nilai IKS (Indeks Keluarga Sehat) dan capaian 12 indikator keluarga sehat akan stabil bila cakupan kunjungan keluarga di tingkat kab/kota sudah mencapai >30%. Berdasarkan data di atas maka dapat dikatakan bahwa ada 117 kab/kota yang cakupan kunjungan keluarga telah mencapai >30%, ini berarti angka IKS dan capaian 12 indikator keluarga sehat pada daerah tersebut dapat dianggap stabil. Dapat dikatakan bahwa peningkatan cakupan kunjungan keluarga tidak akan merubah banyak angka capaian tersebut. Dengan kata lain ke 117 kab/kota tersebut sudah dapat menggunakan angka IKS dan capian 12 indikator keluarga sehat sebagai data awal dan digunakan sebagai dasar penentuan target pada tahun selanjutnya. Angka ini bisa dijadikan basis penyusunan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Provinsi untuk jangka waktu 5 tahun ke depan.
Bila diangkat ke tingkat provinsi, persentase kabu/kota yang telah mencapai cakupan kunjungan keluarga >30%, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Persentase kab/kota yang telah mencapai cakupan kunjungan keluarga >30% menurut provinsi.
Sudah ada 5 provinsi yang >50% kab/kota di wilayahnya telah menjangkau >30% keluarga di wilayahnya, yaitu beturut2 dari peringkat pertama sampai ke 5 adalah Provinsi Sulawesi Barat, Riau, Sumatera Barat, Maluku Utara dan Gorontalo. Tim Pusat sudah saatnya untuk turun melakukan bina intervensi, agar IKS bisa meningkat dan capaian 12 indikator keluarga sehat membaik.
Sebaliknya bagi provinsi yang masih sedikit cakupannya, perlu dilakukan bina akselerasi kegiatan merupakan langkah yang harus diambil. Dalam hal ini yang diluar kebiasaan adalah Provinsi Bali dan DI Yogyakarta, kali ini termasuk yang tertinggal. Sementara DKI Jakarta dalam daftar memang termasuk yang tertinggal tetapi ini disebabkan belum terkoneksi aplikasi KLDH (Ketuk Pintu Layani Dengan Hati) dengan aplikasi keluarga sehat.