Percepatan Eliminasi Tuberkulosis di Kabupaten Jember.

Kabupaten Jember tampil pada Rapat Kerja Kesehatan Nasional yang dilaksanakan pada tanggal 5-8 Maret 2018, menyajikan pengalamannya dalam percepatan eliminasi tuberkulosis. Presentasi dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, Ibu Dr. Siti Nurul Qomariyah, MKes.

Gambar 1. Dr. Siti Nurul Qomariyah, MKes, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, Jawa Timur
Gambaran notifikasi kasus (case notification rate/CNR) di Kabupaten Jember terus meingkat secara signifikan dalam 5 tahun terakhir dan pada tahun 2017 mencapai 143,9/100.000.

Gambar 2. Notifikasi kasus dari tahun 2012 – 2017 per 100.000 penduduk
Jumlah penduduk di Kabupaten Jember adalah 2.430.185 orang, diperkirakan suspek penderita tuberkulosis adalah sebanyak 76.794 orang sementara penderita tuberkulosis diperkirakan sejumlah 7.679 kasus dimana sebanyak 3.497 (46,0%) penderita telah dideteksi. Estimesi suspek tuberkulosis, estimasi penderita tuberkulosis dan penderita tuberkulosis yang sudah dideteksi dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3. Capaian pengendalian tuberkulosis di Kab. Jember, Jawa Timur
Serangkaian strategi dan kegiatan telah dilakukan untuk mempercepat eliminasi tuberkulosis ini, antara lain sebagai berikut:
1. Menggalang komitmen Bupati Kepala Daerah Kab. Jember,
Beberapa regulasi berhasil diterbitkan untuk medukung percepatan eliminasi tuberkulosis, antar lain adalah:
• SK Bupati Jember no.188.45/197/1.12/2017 tgl 1 Feb 2017 tentang Tim PPM (Public Private Mix) DOTS dalam Pengendalian Tuberkulosis di Kabupaten Jember, Paguyuban Tuberkulosis dan Tuberkulosis Resistensi Obat, Dinas Sosial, Aisyiyah, Muslimat, PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga), CSR (Corporate Social Responsibility) untuk sembako, genteng kaca, bahan PMT). Intinya semua pihak dilibatkan dalam percepatan eliminasi tuberkulosis.
• Peraturan Bupapi Nomor 1 / 2018 tentang Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Tuberkulosis Kabupaten Jember tahun 2018 – 2022.
2. Peningkatan anggaran APBD untuk tuberkulosis.
Komitmen tersebut di atas dimanifestasikan dalam bentuk anggaran. Pada tahun2 terakhir terjadi berbagai perubahan yang memungkinkan untuk meningkatkan anggaran pengendalian tuberkulosis. Terbitnya SPM (Standar Pelayanan Minimal) bidang kesehatan dimana tuberkulosis masuk didalamnya, telah membuat tuberkulosis menjadi prioritas. Disamping itu penerapan “costing berbasis SPM” telah menghasilkan perhitungan yang mampu meyakinkan pemangku kepentingan akan perlunya peningkatan anggaran tuberkulosis. Peraturan Bupati Nomor 72 Tahun 2017 telah mencantumkan alokasi anggaran sebagai berikut:
• Bidang Pemberantasan & Pencegahan Penyakit Rp 12.996.266.020,-
• Seksi Pemberantasan & Pengendalian Penyakit Menular mendapatkan anggaran sebesar Rp 7.376.790.020,- atau 56,8%).
• Program Pengendalian Tuberkulosis mendapatkan anggaran sebanyak Rp 1.584.936.500,- atau sebanyak 12,2%.

Gambar 4. Kecenderungan anggaran untuk tuberkulosis
3. Perbaikan prasarana dan sarana kesehatan
Beberapa Puskesmas dilakukan renovasi antara lain Puskesmas Lojejer, Puskesmas Cakru, Puskesmas Nogosari dan Puskesmas Gladak Pakem. Disamping itu dilaksanakan pula program satu desa satu ambulan, dari 248 desa sebanyak 195 (77%) desa telah memiliki ambulan desa.

Gambar 5. Puskesmas Lojejer Kab. Jember setelah direnovasi

Gambar 6. Ambulan desa, tahun depan satu desa satu ambulan.
Berbagai peralatan juga dilengkapi, termasuk xpert machine / test cepat molekuler (TCM), yang dalat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Peningkatan sarana penunang pengendalian tuberkulosis
Sarana Jumlah Keterangan
Lab. Mikroskopis 28 6 RS, 22 Puskesmas
Xpert machine / TCM 7 RS Paru, 3 RSUD , Pusk Bangsalsari, Pakusari & Jenggawah
X-ray 8 5 RS Pemerintah, 3 RS Swasta
Lab. Mikroskopis swasta 1 Parahita
4. Peningkatan peran aktif segenap tenaga kesehatan
Upaya untuk melibatkan dan meningkatkan peran aktif seluruh tenaga kesehatan dilakukan dengan berbagai cara antara lain:
• Kolaborasi tuberkulosis – HIV, tuberkulosis pada anak
• Integrasi Tuberkulosis – Diabetes Melitus
• Skrining pada ibu hamil dan balita gizi kurang
• Termasuk mengembangkan aplikasi “Jember TB Care”
Serangkaian kegiatan “total foot ball” telah meningkatkan “case detection rate”, tetapi kemudian diketahui pula tuberkulosis resistensi obat meningkat sangat signifikan, seperti gamber berikut.

Gambar 7. Peningkatan dan sebaran tuberkulosis resistensi obat dari 6 orang (2013) menjadi 225 orang (2017)
5. Pemberdayaan keluarga dan masyarakat
• Penemuan secara aktif dan masif melalui PISPK (Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga)
• Pendampingan dan memotivasi penderita tuberkulosis dan keluarganya
• Dilakukan kegiatan diskusi kelompok terarah untuk memotivasi kepatuhan pengobatan tuberkulosis resistensi obat
• Semua penderita tuberkulosis dan keluarga didaftarkan sebagai peserta JKN yang dibiayai dari APBD Kabupaten Jember .

Gambar 8. Diskusi kelompok terarah untuk memotivasi penderita tuberkulosis agar berobat secara teratur sesuai petunjuk dokter.
6. Koalisi dengan lintas sektor, swasta dan NGO (non-government organization)
• Mengaktifkan PPM (Public private mix) dalam pengobatan tuberkulosis, termasuk tuberkulosis resistensi obat.
• Bimbingan teknis ke RS / Klinik swasta, dokter praktek mandiri dan mengembangkan jejaring internal dan eksternal
• Bimbingan teknis rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan termasuk pencatatan & pelaporan serta validasinya
• Kerjasama dengan Universitas Jember dan RS Paru dalam penelitian pemberian extract ikan gabus pada penderita tuberkulosis.
• Meneliti perspektif pasien tuberkulosis etnik Madura tentang kepatuhan berobat di wilayah tapal kuda (Studi di kabupaten Jember, Lumajang, dan Bondowoso)
• Bersama Aisyah mengembangkan kegiatan program “Community TB-HIV care” ‘di 6 kecamatan (9 Puskesmas).
• Upaya pemberdayaan masyarakat (kader TB & kader Aisyiyah) utk kegiatan penyuluhan, pencarian suspek, pemeriksaan kontak serumah, pengiriman spesimen TBC, pengawasan pengobatan, dll.
• Bersama NU melakukan kegiatan KIE (komunikasi, edukasi dan informasi) & pencarian suspek Aisyah kegiatan Program Community TB-HIV care ‘Aisyiyah di 6 Kecamatan (9 Puskesmas)
• Upaya pemberdayaan masyarakat (kader TB & kader Aisyiyah) utk kegiatan :
• Penyuluhan, Pencarian suspek, Pemeriksaan kontak serumah, Pengiriman specimen TB, Pengawasan pengobatan, Advokasi dan seminar TB, Pasien Supporter TB RO, Ketuk Pintu
• NU Sosialisasi anggota kegiatan KIE & pencarian suspek tuberkulosis

Gambar 9. Wokshop bersama dokter praktek mandiri dan klinik kesehatan pratama dalam penangulangan tuberkulosis.

Gambar 9. Wokshop bersama dokter praktek mandiri dan klinik kesehatan pratama dalam penangulangan tuberkulosis.