Upaya penurunan stunting di Kabupaten Gorontalo.

Pada Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) yang dilaksanakan pada tanggal 5-8 Maret 2018 di Indonesia Convention Exhibition (ICE) Serpong, Kota Tangerang Selatan, ditampilkan pula inovasi kegiatan dari Kab/Kota dalam pembangunan kesehatan. Salah satu diantaranya adalah penyajian dari Kab. Gorontalo dalam menurunkan prevalensi stunting. Berikut rangkuman penyajian dan ulasannya.

Gambar 1. Bapak DR. Roni Sampir, S.Kep. M,Kes, Kepala Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo, menyajian pengalamannya menurunkan prevalensi stunting di wilayahnya.
Pengalaman menerapkan serangkaian kegiatan untuk menurunkan stunting disampaikan sendiri oleh Kepala Dinas Kesehatan Kab. Gorontalo yaitu Bapak DR. Roni Sampir, Skep, MKes. Berdasarkan hasil PSG (pemantauan status gizi) selama 4 kali berturut-turut, terjadi penurunan prevalensi stunting seperti tampak pada gambar 2. Tampak prevalensi stunting pada bawah dua tahun (baduta) terus menurun, dari 32,9% (2014) menjadi 24,8% (2017).

Gambar 2 Kecenderungan prevalensi stunting baduta (bawah sua tahun) di Kab. Gorontalo berdasarkan hasil PSG (Pemantauan Status Gizi).
Kadinkes secara gamblang menyampaikan serangkaian kegiatan pembangunan kesehatan, khususnya kesehatan remaja, ibu dan anak, yang melibatkan banyak lintas sektor dan mendapat dukungan yang sangat kuat dari Bupati Gorontalo. Beragam kegiatan tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
Sejak tahun 2015 dilakukan PSIA (Pekan Sayang Ibu dan Anak) dengan rincian kegiatan:
1. Senin-Selasa: kegiatan posyandu (ada pemeriksaan ibu hamil, pelayanan imunisasi dan wisuda balita yang sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap).
2. Rabu – Kamis: skrining dokter spesialis anak dan dokter spesialis kandungan di Puskesmas.
3. Jum’at – Sabtu: Sweeping pemeriksaan ibu hamil dan anak balita dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas
Sejak tahun 2017 ditambah dengan kegiatan pendampingan ibu hamil oleh mahasiswa Poltekkes dan Perguruan Tinggi Kesehatan. Setiap mahasiswa diharuskan mendampingi seorang ibu hamil sampai melahirkan. Ini juga berdampak positif, mahasiswa belajar berkomunikasi dengan pasien, sementara pasien mendapat ilmu pengetahuan tentang kehamilannya.

Gambar 3. Bapak Bupati Gorontalo sedang menyerahkan sertifikat imunisasi dasar lengkap kepada bayi yang telah lengkap imuniasinya
Sebagai gambaran pada tahun 2017 jumlah bayi yang diwisuda karena telah lengkap imunisasi dasarnya sebanyak 10.077 bayi. Cakupan imuniasi dasar lengkap sebanyak 93% dan desa yang tergolong UCI (Universal Child Immunization) mencapai 97%.

Gambar 4. Bapak Bupati Gorontalo sedang melantik bayi yang sudah lengkap imunisasi dasarnya.
Wisuda bayi ini ternyata mampu memotivasi orang tua untuk membawa anaknya ke tempat imunisasi, agar sebelum satu tahun sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

Gambar 5. Para bayi wisudawan/wisudawati imunisasi dasar lengkap, bersama ibunya.

Gambar 6. Sertifikat imunisasi dasar lengkap, yang berfungsi sebagai syarat masuk PAUD (pendidikan anak usia dini) dan sekolah dasar.
Untuk remaja juga dilakukan intervensi berupa pemberian tablet tambah darah, agar mereka tidak menderita anemia. Hal ini penting sebagai persiapan menjadi calon ibu, sehingga waktu hamil nanti tidak menderita anemia. Ibu hamil yang menderita anemia akan lebih mudah terjadi komplikasi khususnya perdarahan waktu melahirkan.
Pemberian tablet tambah darah kepada remaja diawali dengan penanda-tanganan nota kesepahaman antara Dinas Kesehatan dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan tentang pemberian tablet tambah darah di sekolah. Setelah itu secara berkala jajaran kesehatan mendatangi sekolah untuk melaksanakan program pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri.

Gambar 7. Pemberian tablet tambah darah untuk remaja putri di sekolah.

Gambar 8. Mahasiswa poltekkes sedang mendampingi ibu hamil: mendata dan memberikan penyuluhan kepada ibu hamil.
Intervensi khusus untuk ibu hamil dan ibu menyusui juga dilakukan melalui penyelenggaraan kelas ibu hamil. Di sini ibu hamil dan menyusui mendapatkan informasi tentang kehamilan persalinan dan pola asuh bayi / balita, dengan memanfaatkan media Buku KIA.

Gambar 9. Penyelenggaraan kelas ibu hamil di Kab. Gorontalo
Untuk balita yang menderita gizi buruk atau gizi kurang, diberikan paket pemberian makanan tambahan selama 12 hari. Untuk memotivasi ibu balita agar selalu hadir selama 12 hari, setiap kali hadir pada PMT diberikan tambahan gambar wajah balita. Bila hadir 12 kali akan terlibat gambar anaknya yang sempurna, tetapi bila tidak lengkap gambarnya tidak sempurnya, misalnya tanpa terlinga, atau tanpa topi, dst. Model ini ternyata mampu memotivasi orang tuanya untuk melengkapi program pemberian makanan tambahan sampai 12 kali sesuai paket lengkapnya. Dengan demikian hasilnya juga jelas terlihat pada pertambahan berat badan balitanya.

Gambar 10. Kegiatan di Pos Gizi, sebelah kiri adalah gambar wajah balita, bila sudah 12 kali wajahnya akan lengkap dan pakai topi.
Peran lintas sektor juga digarap melalui Saung GERMAS, semua kegiatan UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) disatukan di saung ini. Kegiatan posyandu, posyandu lansia, posbindu PTM, PAUD, semua dilaksanakan di Saung GERMAS ini.

Gambar 11. Saung GERMAS, tempat kegiatan beragam jenis UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat)
Khusus untuk kalangan masjid dan pondok pesantren, dinamakan Syiar Germas, dimana masjid dan pondok pesantren, secara berkala dilakukan pemeriksaan di masjid terhadap jamaahnya, dan bila ada penyakit diminta untuk selanjutnya datang ke Puskesmas.

Gambar 12. Kegiatan syiar GERMAS di salah satu masjid di Kab. Gorontalo.
Itulah sebagian dari rangkaian kegiatan yang dilakukan di Kabupaten Gorontalo, yang sebagian besar diwujudkan dalam bentuk kerjasama lintas sektor. Daftar lintas sektor yang secara formal dituangkan dalam regulasi tertulis dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Daftar Nota Kesepahaman antara Dinas Kesehatan dengan lintas sektor berbagai pihak di Kab. Gorontalo