Kesehatan Tradisional: Pemanfaatan Ramuan dan Ketrampilan Tradisional untuk Penyakit Degeneratif

Sabtu, 4 Nopember 2017 saya diundang untuk memberi masukan tentang registrasi tenaga kesehatan tradisional pada seminar yang diselenggarakan oleh PPKESTRAKI (Perkumpulan Profesi Kesehatan Tradisional dan Komplementer Indonesia). Tema yang diusung adalah pemanfaatan ramuan dan kerampilan kesehatan tradisional dan komplementer untuk penyakit degeneratif. Tema yang mengena, karena sebagaimana kita ketahui, beban penyakit degeneratif sekarang makin besar dibanding penyakit menular.
Ketua PPKRSTRAKI, Prof. Dr. dr. Erni Hernawati Purwaningsih MS, menyampaikan harapan agar para praktisi kesehatan tradisional bersatu untuk memajukan kesehatan tradisional Indonesia. PPKESTRAKI bersama stake-holders di Kemkes mengharapkan segera diterapkan RPL (Recognition Prior Learning) bagi praktisi yang belum setingkat DIII agar pada tahun 2020 sudah bisa tergolong dalam tenaga kesehatan.

Gambar 1. Ketua PPKESTRAKI Prof. DR. Dr. Erni Hernawati MS, sedang memberikan sambutan.

Gambar 2. Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional Kemkes, Dr. Ina Rosalina SpA(K) sedang menyajikan materinya.
Pembicara lain adalah Dr. Ina Rosalina, SpA(K) selaku Direktur Pelayanan Kesehatan Tradisional Kementerian Kesehatan menyampaikan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia. Intinya.

Gambar 3. Tampak peserta dengan antusias mencermati materi seminar.
Selaku Ketua MTKI (Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia) saya menyampaikan tantangan dan kebijakan registrasi tenaga kesehatan tradisional. Mulai tahun 2017, MTKI telah menerbitkan sekitar bagi tenaga kesehatan tradisional Indonesia. Peningkatan jumlah dan kompetensi tenaga kesehatan tradisional menjadi penting karena banyak tantangan untuk kemajuan kesehatan tradisional. Beberapa tantangan antara lain:
Selama 3 Ristoja (Riset Tumbuhan Obat dan Jamu) yang dilakukan oleh B2P2TOOT (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat dan Obat Tradisional) Badan Litbang Kesehatan pada tahun 2012, 2015 dan 2017 telah menghasilkan:
- 049 tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengobati dan meningkatan kesehatan
- 014 ramuan jamu yang dikembangkan oleh pengobat tradisional di seluruh Indonesia
Tentu saja hasil2 di atas masih berupa pengakuan masyarakat, belum ditunjang oleh hasil penelitian. Inilah tantangannya, bagaimana membuktikan klaim masyarakat tersebut menjadi bukti ilmiah yang menegaskan kebenaran klaim tersebut. Oleh karena itu tantangannya adalah:
- Pengembangan Database Kesehatan Tradisional: antara lain database tumbuhan obat, ramuan jamu, pengetahuan etnofarmakologi, hasil penelitian kesehatan tradisional, dll.
- Riset pengembangan tumbuhan obat, dengan membentuk konsorsium riset tumbuhan obat, merupakan kerjasama riset antar perguruan tinggi dengan roadmap penelitian tumbuhan obat yang terarah.
- Riset bahan baku obat, model konsorsium perlu diterapkan pula untuk riset bahan baku obat, dibuat roadmap yang jelas untuk tingkat nasional, kemudian ditentukan siapa mengerjakan apa agar roadmap riset bahan baku obat tercapai tujuannya.
- Riset ramuan jamu untuk kesehatan tradisional. Sungguh kekayaan yang luar biasa, Ristoja (riset tumbuhan obat dan jamu) yang sudah dilaksanakan selama 3 kali (tahun 2012, 2015 dan 2017) telah mencatat lebih dari 32.000 jenis ramuan jamu yang digunakan oleh masyarakat, untuk mengobati berbagai penyakit dan meningkatkan kesehatan. Ramuan yang didapat secara turun-temurun ini perlu dibuktikan secara ilmiah manfaatnya. Oleh karena itu roadmap saintifikasi jamu perlu dilakukan untuk secara bersama-sama, semua perguruan tinggi dan lembaga penelitian melakukan pembuktian manfaat ramuan di masing2 daerah.
- Riset pangan fungsional. Dalam ribuan ramuan tersebut terselip pula pangan fungsional, seperti makanan pelancar ASI, penambah nafsu makan, dll. Temuan ini memunculkan gagasan untuk mendata dan menigkatkan kualitas pangan fungsional yang ada di seluruh Indonesia.
- Pegembangan wisata ilmiah. Jamu yang khas Indonesia, bisa dijadikan wisata ilmiah seperti yang sudah dilakukan oleh B2P2TOOT Tawangmangu. Namun tentu saja untuk keragaman Indonesia yang demikan banyak, perlu ditumbuhkan pusat2 wisata ilmiah jamu di tempat lain.
Pemateri kegrampilan disampaikan oleh Dr. dr. Fenny Yunita, Msi yang menyajikan berbagai manfaat akupunktur untuk pengobatan penyakit degeneratif. Sedangkan untuk ramuan, Dr. Danang dari Klinik Jamu Hortus Medikus B2P2TOOT Tawangmangu, menyajikan beragam ramuan jamu yang bermanfaat untuk mengobat penyakit degeneratif.

Gambar 4. Dr. dr. Fenny Yunita Msi sedang menyajikan materinya, dipandu oleh Dr. Aldrin Neilwan SpAk selaku moderator.
Pembicara lain adalah Dr. Siswanto, MHP, DTP selaku Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemkes, menyampaikan beragam tantangan penelitian untuk memajukan kesehatan tradisional di masa yang akan datang.

Gambar 6. Para tokoh Kesehatan Tradisional Indonesia berfoto bersama para peserta seminar.