Pelaksanaan Pendekatan Keluarga di Puskesmas Kota Dumai

Di sela-sela kegiatan riset khusus vektor dan reservoir penyakit, saya menyempatkan diri melihaat pelaksanaan program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga (PIS PK) di Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai Provinsi Riau.
Puskesmas Bukit Kapur, suatu Puskesmas yang terakreditasi dan berprestasi, sudah sering mendapatkan penghargaan karena menjuarai beragam lomba. Staf Puskesmas telah mengikuti pelatihan program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga. Mereka membentuk tim sepuluh untuk paradigma sehat, artinya satu tim yang terdiri dari 10 orang, bertanggung jawab terhadap 1 desa/kelurahan. Puskesmas Bukit Duri mempunyai wilayah binaan 2 kelurahan, sehingga dibentuk 2 tim.

Gambar 1. Dr. Eka Wahyu Dianingsih, Pimpinan Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai sedang memaparkan implementasi program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga di wilayahnya.
Pendataan keluarga sehat sudah dilaksanakan dengan cakupan sekitar 10% jumlah keluarga. Pendataan memakan waktu relatif lama, karena Kota Dumai melengkapi 12 indikator keluarga sehat dengan informasi yang lebih dalam, misalnya jenis alat kontrasepsi ditanyakan, sehingga kuesionernya lebih tebal dan perlu waktu lebih banyak untuk pendataan satu keluarga. Berikut hasil pendataan di salah satu kelurahan.

Gambar 2. Hasil pendataan keluarga sehat di Kelurahan Bagan Besar Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai
Dari data diatas masih belum bisa dianalisis secara lengkap karena:
- Data IKS tiap RT (baris paling bawah) tampaknya belum tepat cara pengisiannya.
- Data IKS kelurahan (baris terbawah kolom terakhir) belum terisi, sehingga belum tahu berapa persen keluarga yang tegolong sehat di tiap RT dan kelurahan.
- Indikator ke dua: berbeda dengan pusat, karena yang disepakati di tingkat pusat adalah persalinan di fasilitas kesehatan.
Menurut informasi dari Dinkes Kota Dumai, aplikasi Darbin sudah jalan sebelum PIS PK dilaksanakan, sehingga belum disesuaikan dengan aplikasi keluarga sehat. Saat ini tim teknologi informasi Dinas Kesehatan sedang melakukan sinkronisasi sehingga dalam waktu dekat sudah sesuai dengan 12 indikator keluarga sehat dan tertulis pula IKS (Indeks Keluarga Sehat) wilayah (Puskesmas, keluarahan/desa, dst)

Gambar 3. Saya menyampaikan masukan terhadap data keluarga sehat di wilayah Puskesmas Bukit Kapur
Pada kesempatan itu saya menyampaikan masukan khususnya terkait pendataan keluarga sehat, sebagai berikut:
- Saya sampaikan penghargaan kepada Dinkes Kota Dumai yang sudah memfasilitasi pemanfaatan teknologi informasi, termasuk mengembangkan aplikasi darbin untuk kesehatan masyarakat. Saya berharap aplikasi darbin agar segera dilakukan sinkronisasi dan integrasi ke aplikasi keluarga sehat, dengan demikian bisa ditampilkan 12 indikator keluarga sehat lengkap dengan indeks keluarga sehat di tiap wilayahnya.
- Bila sudah bisa link dengan aplikasi keluarga sehat, maka pendataan yang telah dilakukan di Puskesmas secara langsung akan terlihat kemajuannya, sehingga Kemkes, Dinkes Provinsi akan mengetahui cakupan pendataan dan indikator keluarga sehat di wilayah Kota Dumai. Saat ini semua Puskesmas di Kota Dumai telah melakukan pendataan keluarga, tetapi bila dilihat dari kacamata Kemkes, tampak cakupan masih 0%, karena data yang sudah masuk dalam aplikasi darbin tidak terlihat oleh aplikasi keluarga sehat.
Dari data yang ada yaitu indikator keluarga sehat di Kelurahan Bagan Besar, saya berusaha menyampaikan masukan sebagai berikut:
- Untuk tingkat Kelurahan Bagan Besar ada 2 indikator yang masih lemah yaitu:
- Anggota keluarga tidak ada yang merokok (baru mendapai 51%
- Penderita hipertensi berobat dengan teratur (baru mencapai 61%)
Dengan demikian bila ingin melakukan penyuluhan umum tingkat keluarahan, atau pasang spanduk / banner untuk masyarakat se kelurahan, topiknya adalah tentang merokok dan hipertensi.
- Meskipun secara umum di tingkat kelurahan 10 indikator keluarga sehat lainnya sudah bagus, namun bila dirinci per RT, akan tampak perbedaannya, misalnya:
- Untuk indikator imunisasi lengkap, cakupan terrendah adalah RT 9 (14%) dan RT 2 (20%), jadi intensifikasi program imunisasi harus dilaksanakan di 2 RT tersebut.
- Bila ingin melakukan pendekatan wilayah, maka RT 03 adalah prioritas utama, karena 7 dari 12 indikator tertinggal dari RT lainnya.
Kiat intervensinya bagaimana, melalui tokoh agama, atau melalui Tim Penggerak PKK, rekan2 Puskesmas lebih tahu. Namun yang jelas bila Puskesmas mempunyai data selengkap itu, intervnsi program akan lebih efektif dan efisien. Jadi pada tahap awal memang berat, namun langkah berikutnya akan lebih ringan dengan hasil yang lebih baik.
Selamat bekerja untuk rekan2 di Puskesmas Bukit Kapur Kota Dumai, semoga dibawah kepemimpinan Dr. Eka Wahyu Dianingsih, prestasi Puskesmas semakin melejit.